Namun, menurut Saifudin langkah tersebut dianggap masih berisiko gagal. Pasalnya, hingga kini belum ada data dan bukti yang valid bagaimana kekebalan terhadap SARS-CoV-2 terbentuk setelah infeksi alami.
Beberapa studi melaporkan bahwa kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 hanya baru muncul pada 10 persen dari total seluruh individu yang terinfeksi.
Dengan demikian, seharusnya protokol yang lebih ditekankan oleh pemerintah adalah langkah-langkah mencegah persebaran wabah.
Baca juga: UGM Lanjutkan Kuliah Online di Tahun Ajaran Baru 2020/2021
Dia berharap bahwa pemerintah tidak terlalu terburu-buru mengimplementasikan new normal pada bulan Juli mendatang.
Pemerintah diharapkan bisa mengkaji ulang rencana tersebut. Sebab, tren nasional jumlah kasus positif Covid-19 di tanah air masih cenderung bertambah di berbagai daerah.
"Tren nasional tetap naik dan belum ada tanda penurunan signifikan secara konsisten. Semestinya new normal diterapkan setelah kurva melandai atau ada penurunan jumlah kasus secara signifikan yang konsisten," imbuhnya.
Jadi, lanjut dia, kalau new normal dijalankan bulan Juli maka pemerintah harus siap kalau ada pertambahan kasus baru lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.