Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Literasi Numerasi yang Terabaikan di Keriuhan "New Normal" Pendidikan

Kompas.com - 09/06/2020, 22:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Oleh : Hery Sutarto | Dosen Matematika, FMIPA Universitas Negeri Semarang

KOMPAS.com -Wabah Covid-19 mempengaruhi semua sektor kehidupan, tak luput pula dunia pendidikan. Guru, siswa, bahkan orangtua “dipaksa” melek teknologi dalam proses pembelajaran.

Belajar daring menjadi kata yang akrab dengan telinga kita. Platform-platform untuk belajar daring berusaha untuk dieksplore, mulai dari Zoom, Google Meet, Google Hangout Microsoft Team, sampai Facebook pun mengeluarkan aplikasi sejenis Messenger Room.

"Pemaksaan" ini pula yang memisahkan antara orang-orang yang siap dan mudah beradaptasi dan sisi sebaliknya yang selalu melihat sisi negatif dan kekurangan dari pembelajaran moda daring.

Banyaknya pilihan platform tersebut terkadang membuat kita disibukkan dengan belajar bagaimana menggunakan platform-platform tersebut.

Berusaha mengeksplor satu persatu apa yang ditawarkan dari aplikasi, tetapi sayanganya, terkadang konten dan esensi dari suatu pelajaran terabaikan.

Baca juga: I-4 Diaspora: Situasi Normal Baru di Korea, Apa Pelajaran Bisa Kita Dapatkan?

Sebagai contoh, pada bidang matematika, kemampuan-kamampuan bernalar, berpikir kritis dan pemecahan masalah, berpikir kreatif, kemampuan berkomunikasi, kemampuan melakukan suatu koneksi, dan kemampuan berkolaborasi yang merupakan kemampuan yang dibangun dari orang-orang yang belajar matematika (ruh) dapat dipertahankan?

Ataukan menjadi miskin akan kemampuan-kemampuan tersebut?

Transformasi "4C" ke "6C"

Sumber : https://corona.jatengprov.go.id/, tanggal 3 Juni 2020 pukul 6.26 WIBDOK. TANGGAP COVID JATENG Sumber : https://corona.jatengprov.go.id/, tanggal 3 Juni 2020 pukul 6.26 WIB

Kemampuan yang disebutkan sebelumnya dulu dikenal dengan 4C ability. Sekarang menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan kini lebih dikenal dengan 6C ability: Computational Thinking, Creative Thinking, Critical Thinking, Collaboration, Communication, Compassion.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com