Lebih jauh ia mengemukakan, pandemi corona menjadi kesempatan bagi seluruh perguruan tinggi untuk bersinergi bersama untuk keluar dari krisis dengan baik. "Antarperguruan tinggi harus mitra mencari solusi," ujarnya.
Ia menyampaikan, pihaknya memberikan bantuan Learning Manajemen System (LMS) bagi perguruan tinggi negeri maupun swasta yang belum memiliki sehingga dapat melakukan pembelajaran online dengan baik.
"Selain itu UT juga memberikan bahan ajar, termasuk bagi dosen dan mahasiswa yang dapat dimanfaatkan secara gratis untuk mendukung kurikulum masing-masing. Setidaknya ada 1.300 bahan mata kuliah yang dapat diakses secara gratis untuk satu semester," jelasnya.
Dalam kesempatan halal bihalal dilakukan UT (9/6/2020) mengangkat tema “Islam Rahmatan Lil’alamin Perekat Persatuan dan Kebersamaan”, Prof. Ojat menyampaikan UT yang sudah memiliki pengalaman selama 35 tahun dalam memberikan layanan virtual, saat ini banyak dimanfaatkan juga oleh perguruan tinggi lain.
Baca juga: Daya Tampung 77 Prodi Universitas Brawijaya di SBMPTN 2020
Kepala Pusat Pengembangan Hubungan Internasional dan Kemitraan UT, Sri Sediyaningsih menambahkan sepanjang tahun 2019, UT telah memiliki sebanyak 160 mitra, dengan rincian 4 mitra internasional dan 156 mitra dalam negeri.
Oleh karena itu, UT terus berusaha untuk menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang dapat dijangkau hingga ke pelosok negeri. “Saya berharap kegiatan Halal Bihalal ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua,” kata Ojat.
Di tempat terpisah, Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), Ketua PB NU Prof. Said Aqil Siroj selaku pembicara menyampaikan bahwa agama Islam merupakan agama penuh cinta, damai dan rukun.
Menurutnya, tidak boleh ada pemusuhan antarras, agama, suku, warna kulit dan bangsa kecuali jika melanggar hukum.
“Sebagai muslim, kita harus mengedepankan amanat insaniyah yaitu membangun hidup yang rukun dan harmoni,” katanya.
Mengutip John F Kennedy, Prof. Ojat menyampaikan, "Perubahan adalah hukum kehidupan, dan bagi mereka yang hanya melihat masa lalu dan masa kini pasti akan kehilangan masa depan.
"Kita harus berusaha bersama mengintegrasikan teknologi dalam interaksi pembelajaran akademik yang akan datang memasuki new normal di dunia pendidikan tinggi," kata Prof. Ojat menutup penjelasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.