Artinya pendidikan harus dilaksanakan seimbang di sekolah, di rumah, dan di lingkungan. Selain itu, tiga ranah pendidikan ini harus terjalin komunikasi dan kerjasama yang efektif.
Lalu bagaimana agar di masa pandemi ini kerjasama orangtua dan sekolah terjalin dengan efektif?
Ada beberapa peran yang orangtua dapat lakukan saat adaptasi pandemi.
Meminjam teori jenis-jenis penyertaan orang tua oleh Epstein (2009) maka setidaknya ada tiga jenis peran yang dapat dimaksimalkan: parenting, communicating, dan learning at home.
Sementara volunteering, decision making, dan collaborating with the community mendapat porsi yang lebih kecil di era adaptasi pandemi.
1. Pola asuh
Parenting atau pola asuh adalah cara mendidik dan mengasuh anak (Epstein, 2009). Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar putra-putrinya tetap mendapat level parenting yang terbaik, meski di era adaptasi pandemi.
Yang pertama, orangtua harus memastikan putra-putrinya dalam keadaan sehat dan mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga mereka dapat belajar dan berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran online.
Yang kedua, orangtua harus menjadi pengawas penggunaan gawai secara bijaksana. Orangtua dan anak harus membuat kesepakatan kapan menggunakan gawai untuk belajar, dan kapan saatnya anak untuk tidak menggunakan.
Baca juga: Menag: Peran Kaum Ibu Luar Biasa dalam Pendidikan Karakter selama BDR
Pembatasan, dapat juga diartikan tidak memberikan akses pada beberapa situs yang tidak layak dikunjungi anak.
Yang ketiga, adalah membatasi intensitas keluar rumah bagi anak. Ketika tidak ada keperluan yang benar-benar mendesak, maka sebaiknya benar-benar dihindari untuk keluar rumah.
Agar anak tidak stres karena tidak pernah bertemu teman sekolah, serta banyaknya tugas dan PR yang harus mereka kerjakan, maka orang ua sekali-kali harus dapat membawa anak untuk bermain dan berekreasi bersama.
Bermain tidak harus mahal dapat di lakukan di rumah misalnya bermain halma, ular tangga, atau domino. Dapat pula dilakukan di luar rumah seperti memancing, atau jalan-jalan di pinggiran sungai atau sawah yang intensitas kerumunan sangat sedikit.
2. Pendampingan belajar
Lterkait kegiatan di mana orangtua mendampingi anak dalam belajar di rumah, ada beberapa hal dapat dilakukan orangtua:
Pertama, tidak dapat dipungkiri bahwa masa belajar dari rumah (BDR) orangtua harus dapat meng-upgrade diri baik urusan pelajaran putra-putrinya maupun urusan teknologi BDR.
Yang kedua, orangtua dapat menjadi motivator agar anak dapat mengikuti pembelajaran daring dengan semangat.
Dari pengalaman saya dalam mendampingi anak saya untuk mengikuti pembelajaran daring, suami dan istri memang harus mampu bekerja sama dengan baik.
Tidak boleh hanya istri saja yang berperan, namun suami sebagai ayah harus turun tangan secara aktif mendampingi anak dalam belajar.
Ketika Ayah dan Bunda bersatu memberikan semangat pada putra-putrinya, mereka akan bangkit dan bersemangat kembali.
Yang ketiga, sering sekali orangtua merasa kewalahan dalam membantu pembelajaran anak di rumah. Jika memungkinkan, opsi memanggil tutor ke rumah adalah pilihan yang patut dipertimbangkan.
Selain untuk menjaga agar pendidikan dan pengetahuan anak tetap terjaga, tutor dapat juga membantu anak agar mempunyai teman untuk sharing tentang permasalahan tugas dan pembelajaran online.
Namun, tentu langkah ini tidak dapat dilakukan oleh semua keluarga, mengingat tutor membutuhkan biaya yang tidak sedikit.