Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Najwa Shihab: Ada 4 Miskonsepsi dan Tantangan Literasi di Era Digital

Kompas.com - 09/09/2020, 19:57 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Duta Baca Indonesia Najwa Shihab menjelaskan 4 miskonsepsi terkait pemahaman kemampuan literasi dan tantangan literasi di era digital pada Selasa (8/9/2020).

Dalam acara virtual peringatan Hari Aksara Internasional (HAI), Najwa mengatakan banyak masyarakat mengartikan literasi hanya sebatas kemampuan membaca atau mengeja.

“Padahal literasi itu juga kemampuan menalar. Literasi tuh berkait dengan kompetensi kita berpikir dan memproses informasi,” jelas Najwa lewat Zoom dan siaran langsung di YouTube.

Baca juga: Diikuti 7.000 Peserta, Lomba Semua Membacanya Diharapkan Jadi Pemantik Literasi di Tengah Pandemi 

Hal tersebut merupakan miskonsepsi pertama yang Najwa amati terjadi di masyarkat.

Pasalnya, ia mendapati banyak orang tua berusaha keras mendorong anaknya agar bisa membaca, tetapi tidak memperoleh perlakukan yang sama agar anak memahami substansi bacaan.

Miskonsepsi kedua ialah masyarakat merasa belajar membaca sudah cukup. Akan tetapi, seharusnya manusia membaca untuk belajar sesuatu.

Membaca untuk belajar itu memerlukan skill atau keterampilan yang jauh lebih kompleks. Kemampuan lintas displin yang menempatkan membaca sebagai alat untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan,” imbuh jurnalis dan pendiri media Narasi ini.

Untuk miskonsepsi ketiga, Najwa menceritakan ada orang mengantuk saat sedang membaca. Hal tersebut disebabkan kebiasaan untuk aktif membaca, tetapi tidak menjadi pembaca yang aktif.

Bagi Najwa, Anda tergolong menjadi pembaca yang aktif bila bisa mempertanyakan, memberikan agrumen, mengidentifikasi karakter atau isu, sampai mengaplikasikan konsep dalam tulisan pada kegiatan sehari-hari.

Baca juga: Mendikbud: Peringatan Hari Aksara Momentum Ubah Paradigma Pendidikan

Kemudian miskonsepsi keempat, banyak orang merasa membaca merupakan bawaan dari lahir. Padahal sesungguhnya membaca merupakan potensi yang bisa dikembangkan.

“Itu (membaca) sesuatu yang bisa terus menerus kita kembangkan, asal mau dan asal kita melakukan serangkaian strategi agar kita bisa menjadi pembaca yang betul-betul efektif,” sambung Najwa.

Pada akhirnya, Najwa menegaskan, mengembangkan potensi membaca akan melatih siswa berlatih kritis dan memahami berbagai perspektif.

Tantangan literasi digital

Menghadapi pembelajaran jarak jauh menjadi fokus perhatian Najwa saat ini untuk tetap mencanangkan kepada masyarakat mengenai gerakan literasi digital. Masalahnya, sebagian besar aktivitas dilakukan melalui internet dan teknologi.

“Percakapan di internet itu pasti betul karena kan yang bikin internet orang pintar, masa salah,” kutip Najwa dari percakapan Bu Tejo dalam film dokumenter berjudul “Tilik”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com