Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diikuti 7.000 Peserta, Lomba "Semua Membacanya" Diharapkan Jadi Pemantik Literasi di Tengah Pandemi

Kompas.com - 07/09/2020, 06:16 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Program literasi dan lomba "Semua Membacanya" yang digelar majalah Mata Air sejak 17 Agustus 2020 telah diikuti lebih dari 7.000 peserta dari berbagai kalangan dan usia, baik dari dalam maupun luar negeri.

Melihat antusiasme tinggi ini, panitia lomba "Semua Membacanya" memperpanjang proses pendaftaran yang semula berakhir pada 6 September menjadi 15 September 2020. 

"Sangat bahagia dan menjadi sangat optimis bahwa minat baca masyarakat Indonesia sesungguhnya masih bisa diperbaiki sekiranya semua pihak mau berupaya keras untuk mendukung, berkreativitas membuat event ataupun program, serta fasilitas yang akan membuat masyarakat kita lebih sadar literasi kembali," ujar Astri Katrini Alafta, Pemimpin Redaksi Mata Air.

Program dan lomba literasi "Semua Membacanya" ini selain bertujuan sebagai peringatan Maulid Nabi, juga diharapkan menjadi momentum bagi bangkitnya budaya literasi masyarakat Indonesia di Hari Literasi Nasional, 8 September.

Baca juga: Festival dan Serambi Literasi, Upaya Kemendikbud Peringati Hari Aksara di Tengah Pandemi

Generasi "musim semi" literasi Indonesia

"Ada rasa haru juga ketika kami melihat bahkan anak anak SD ada yg bersemangat mendaftar, sebuah harapan dan secercah cahaya bagi negeri ini karena mereka sudah mau membaca kisah hidup Rasulullah dari literatur yg cukup serius dan tebal," ungkap Astri dalam peluncuran program "Semua Membacanya" (6/8/2020).

Ia berharap antusiasme peserta lomba membaca ini menjadi pemantik bangkitnya budaya literasi di kalangan generasi muda. "Saya percaya sesungguhnya generasi muda Indonesia adalah musim semi bagi negeri ini," tegas Asri mengungkapkan keyakinannya.

Ia berharap kebiasaan membaca yang baik dan membaca yang benar akan terus menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia.

"Karena sebelumnya para pendahulu kita memiliki budaya luhur karena kebiasaan ini maka seandainya di masa pandemi bisa kita isi dengan menumbuhkan kebiasaan positif seperti ini," jelasnya.

Ia menambahkan, "kelak setelah pandemi usai masyarakat baru Indonesia akan menjadi generasi berliterasi positif."

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com