Adapun peraturan2 dalam fase-1 dan 2 kami rangkum sebagai berikut:
Baca juga: I-4 Diaspora: Belajar dari Kehidupan Akademik Sekolah dan Kampus Jepang PascaCovid-19
Pada bulan Juni di awal fase 1, semua pelajar masuk secara bertahap dan bergantian sehingga jumlah orang di sekolah tetap bisa dibatasi untuk menerapkan safe distancing (menjaga jarak minimal 1.5 – 2 meter).
Contohnya, anak SD masuk secara bergantian, di mana anak kelas 4-6 masuk pada minggu ke 1 dan 3, sementara anak kelas 1-3 masuk pada minggu ke 2 dan 4.
Selebihnya pelajar yang sedang tidak giliran masuk ke sekolah akan belajar di rumah dengan belajar online dan kombinasi dengan live session bersama guru melalu aplikasi video conferencing seperti Zoom, Google Meet, dan lainnya.
Saat mereka masuk sekolah, anak-anak diharuskan menerapkan praktik-praktik kebersihan dan safe distancing yang dirangkum dalam gambar berikut ini.
Pada bulan Juli saat fase 2 dimulai, sekolah berjalan seperti biasa, tetapi tidak ada acara sekolah seperti upacara, pesta atau perayaan hari besar.
Dengan disiplin kebersihan dan penggunaan masker, sampai saat ini tidak ada klaster covid-19 di sekolah.
Bagi kampus yang sedang masa belajar, semua kuliah dilakukan secara online dan hanya praktikum atau kerja praktek yang harus dilakukan di laboratorium dapat dilakukan di kampus.
Pada fase 1, jumlah kelas tatap muka dibatasi maksimum 30 orang per kelas dengan menerapkan physical distancing sekitar 1 meter, sehingga dibutuhkan ruang kuliah yang lebih besar dari biasa.
Pada fase 2, jumlah siswa kelas tatap muka dibatasi maksimum 50 orang per kelas. Praktik ini akan dilanjutkan paling tidak sampai akhir tahun 2020.
Adapun salah satu kunci dari keberhasilan strategi pemerintah Singapura dalam menekan laju infeksi covid-19 dan membuka kegiatan ekonomi kembali banyak bergantung pada kerjasama pemerintah dan kesadaran individu warga dan, tidak kalah pentingnya, peran kemajuan teknologi digital di Singapura.
1. Safe Entry: Sejak Mei 2020, semua supermarket, mall dan pasar tradisional dilengkapi dengan fasilitas Safe Entry barcode di mana semua pengunjung diwajibkan untuk memasukan data secara digital sebelum masuk.
Baca juga: I-4 Diaspora: Pelajaran dari Jepang Dalam Penanganan Covid-19 dan New Normal
Data pengunjung ini akan sangat berguna saat diperlukan untuk contact tracing seandainya ada pengunjung yang terjangkit Covid-19.
2. Trace Together: semua penduduk dianjurkan untuk menyalakan aplikasi Trace Together yang bisa mencatat posisi pengguna telepon genggam saat ada di luar rumah.
3. Wearable Tracking Device: saat ini pemerintah sedang mendesain wearable tracking device yang bisa digunakan oleh orang yang tidak memiliki handphone seperti anak kecil dan manula. Alat ini akan dibagikan secara bertahap dalam 1-2 bulan ke depan.