Jumlah penduduk Vietnam sekitar 100 juta di akhir tahun 2019. Itu artinya jumlah wisatawannya di tahun itu sekitar sebesar 18 persen dari jumlah penduduknya.
Apakah Vietnam lalu ngebut hanya mengkampanyekan industri pariwisatanya? Tidak.
Dalam dua dekade terakhir justru pariwisata bergerak bersama industrialisasi moderen Vietnam. Puluhan pabrikan global berduyun-duyun memindahkan pusat-pusat produksi ke Vietnam secara bertahap. Tak hanya wisman masuk, tapi juga ekspat dan keluarga mereka.
Bagaimana dengan Thailand? Secara tradisional Thailand memang sudah jauh di depan kita kalau soal pariwisata, sementara industri otomotifnya termasuk kelas raja di kawasan Asia Tenggara.
Lain halnya dengan China. Pesisir China telah melengkapi wisata budaya dengan wisata 'Silicon Valley' versi China mulai dari Beijing, Shanghai, Hanzhou, Shenzhen, hingga Guangzhou.
Beberapa agen perjalanan global bahkan membuat program 'Innovation Tour' ke China, sebuah gabungan dari banyak aktivitas bagi eksekutif perusahaan dan keluarganya selama seminggu dua minggu mengunjungi perusahaan-perusahaan teknologi di pesisir China.
Tidak hanya aspek bisnis, acara dilanjutkan pula dengan main golf di berbagai resort yang aduhai, lalu mengunjungi tempat-tempat yang secara tradisional disebut 'tujuan wisata sejarah dan budaya China'.
Satu perjalanan wisata yang menjual semuanya tentang China yang modern sekaligus China klasik yang usianya 4000-5000 tahun. Sim salabim! Berhasil!
Selaras dengan apa? Selaras dengan keseluruhan kebijakan pemulihan perekonomian nasional tanah air.
Sebagai negara kepulauan -archipelagic- ragam budaya masyarakat masing-masing wilayah akan menyajikan kekhasan tersendiri: tarian, karya seni masyarakat, corak cara berkehidupan, kuliner, dan tentu saja kontur lansekap wilayah yang menawarkan ketakjuban tak kunjung henti.
Mari saya bandingkan dengan Vietnam lagi. Secara kultur besar, Vietnam hanya terbagi atas Vietnam bagian Utara dan Vietnam bagian Selatan. Tentu sub kultur tetap terdapat banyak di masing-masing bagian, juga dialek bahasanya.
Bagaimanapun juga Vietnam adalah tanah daratan utuh dengan beberapa pulau kecil di pesisirnya. Bukan archipelagic. Namun meski tampak tak banyak yang ditawarkan, Vietnam tetap bisa mengemas pariwisatanya dengan sangat efektif.
Tidakkah angka USD 33 milyar dalam satu tahun berbanding dengan GDP Vietnam di tahun yang sama sebesar USD 262 milyar adalah angka yang menunjukkan betapa pentingnya kontribusi pariwisata terhadap ekonomi Vietnam?
Bagaimana dengan Indonesia? Di tahun yang sama, GDP Indonesia mencapai USD 1,119 milyar, sementara devisa pariwisata tercatat Rp. 280 triliun atas setara dengan USD 20 milyar (1 USD = Rp. 14,000).
Begitu kecilnya. Jadi bagaimana kita bisa menyelaraskannya?