Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NPAP Gelar Kompetisi Inovasi Atasi Pengelolaan Sampah Sektor Informal

Kompas.com - 22/04/2021, 13:54 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - The National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia, UpLink dan the Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA) meluncurkan "The Informal Plastic Collection Innovation Challenge". Kompetisi inovasi ini bertujuan mencari solusi dalam meningkatkan pengintegrasian pekerja sektor informal di bidang pengelolaan sampah.

Pendaftaran dibuka hingga 2 Mei 2021. Kompetisi inovasi ini mengajak berbagai pihak terkait untuk menghasilkan solusi dalam meningkatkan efektivitas pengumpulan sampah dengan meningkatkan transparansi, kapasitas, dan peran pekerja sektor informal.

The Informal Plastic Collection Innovation Challenge ini terbuka bagi akademisi, perguruan tinggi, organisasi, perusahaan sosial, inkubator bisnis, startup, dan perusahaan yang telah mengembangkan solusi inovatif di salah satu dari tiga area fokus tantangan dan siap untuk diimplementasikan.

Baca juga: Wujudkan SMK Pusat Unggulan, Kawan Lama Gelar Kompetisi Nasional Metrologi Guru SMK

Peran pekerja sektor informal

Dalam rilis resmi (22/4/2021), NPAP Indonesia, menyebut sampah plastik di Indonesia terus meningkat mencapai level yang semakin sulit untuk dikelola. Menurut data NPAP, Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik per tahun, dan 61 persen tidak terkelola.

NPAP Indonesia memperkirakan 620.000 ton sampah plastik masuk ke perairan Indonesia pada tahun 2017, bila tidak ada intervensi, jumlahnya akan meningkat 30 persen pada 2025 menjadi 780.000 ton per tahun.

Pelaku sektor informal, termasuk pemulung, toko barang rongsokan, dan pengepul merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam upaya pengumpulan sampah. Sektor informal mampu mengumpulkan 1 juta ton sampah plastik per tahun yang bersumber dari pemukiman warga, titik transit sampah, dan TPA.

Namun, aktivitas sektor informal ini seringkali tidak transparan, sehingga menjadi hambatan besar bagi pendaur ulang dan perusahaan untuk memastikan praktik kerja mereka dilakukan secara etis di seluruh rantai pasokan.

Mengintegrasikan sektor informal ke dalam sistem formal akan secara signifikan meningkatkan kesejahteraan pekerja informal dan berkontribusi pada tujuan NPAP Multi Stakeholder Action Plan’s untuk menggandakan kapasitas pengumpulan dan daur ulang sampah di Indonesia.

Luhut B. Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mendukung inisiasi tersebut, “kami tidak akan membiarkan krisis penanganan sampah plastik terus berkembang."

"Sebaliknya, kami mengambil tindakan tegas di setiap tingkatan dan di setiap sektor di Indonesia untuk melakukan transformasi yang diperlukan untuk mencapai zero-plastic-pollution di Indonesia,” tegas Luhut.

Dalam kerangka ini, The Informal Plastic Collection Innovation Challenge bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengumpulan sampah dari sektor informal yang telah memainkan peran penting dalam infrastruktur pengelolaan sampah di Indonesia.

“Kontribusi besar sektor informal untuk mencegah pencemaran plastik belum banyak diakui dan para pemulung sering bekerja dengan bayaran rendah dalam kondisi yang tidak aman, oleh karena itu, penting bagi kita untuk menemukan solusi untuk meningkatkan kinerja serta kesejahteraan pelaku sektor informal,” kata Sri Indrastuti Hadiputranto, ketua NPAP Indonesia.

Baca juga: Kalbis Institute Borong Hibah Kompetisi Kewirausahaan ISEI dan Pegadaian

 

Kompetisi inovasi

Hal senada disampaikan Kristin Hughes, Direktur Global Plastic Action Partnership di Forum Ekonomi Dunia.

“Melalui kompetisi ini kami berharap dapat memberikan penghargaan kepada solusi yang dapat meningkatkan efektivitas pengumpulan sampah dengan meningkatkan transparansi, kapasitas dan peran sektor informal serta dengan memfasilitasi peluang kerja yang layak bagi pekerja informal," ujarnya.

Ia menambahkan, "pengumpulan sampah yang lebih baik mampu meningkatkan jumlah sampah plastik yang masuk ke fasilitas daur ulang dan mencegahnya mencemari lingkungan, yang membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau