Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2021, 15:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Meski dunia masih dilanda pandemi dan ada keterbatasan interaksi, masih ada banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengasah kemampuan anak untuk berempati dan mengelola emosi.

Riset Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) 2020, menemukan bahwa anak usia lima tahun yang dibacakan buku oleh orang tuanya, punya kemampuan empati dan prososial serta mampu mengatur emosi lebih tinggi dibandingkan anak di kelompok usia yang sama tetapi tidak dibacakan buku.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengajak orangtua dan guru untuk menghadirkan pembelajaran yang sarat dengan aktivitas literasi selama pandemi.

Baca juga: 10 Sarjana Tertua di Dunia, Bukti Pendidikan Tak Dibatasi Usia

Menjadikan lingkungan anak kaya akan keaksaraan dengan ragam media yang kaya teks dan gambar untuk memperkaya pemahaman anak tentang dunia.

Salah satunya adalah dengan membacakan buku pada anak, karena sudah banyak penelitian yang menemukan manfaat membacakan buku untuk anak.

Literasi, bukan sekadar calistung

Pakar literasi, Sofie Dewayani, menegaskan bahwa literasi bukanlah hanya baca, tulis, dan hitung (calistung).

“Tentunya, buku bacaan harus sesuai umur anak, serta punya gambar dan cerita imajinatif. Ini supaya anak bisa berkelana di dunia imajinasi sekaligus membangun minat baca mereka, supaya mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat,” tegas Sofie seperti dirangkum dari laman GTK Kemendikbud Ristek, Selasa (27/7/2021).

Senada dengan itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), psikolog, pembawa acara anak, dan pemilik sekolah Homeschooling Kak Seto, Seto Mulyadi, menekankan bahwa literasi bukanlah sekadar calistung.

Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak

“Literasi adalah memaknai membaca situasi, bagaimana berkomunikasi, bergaul, menghormati dan menghargai, untuk membentuk karakter Pelajar Pancasila, misalnya, bagaimana bekerja sama dengan kakak, adik, dan orang tua di rumah, gotong-royong, mandiri, dan kreatif,” tutur Kak Seto.

Sementara itu, Kepala Sekolah PAUD Nurul Qolbu Bogor, Kiswanti mengatakan bahwa banyak membaca pada anak menumbuhkan empati.

Ia pun membagikan ilmu yang penting bagi anak PAUD selain membaca.

“Kami juga menyarankan anak-anak belajar menggunting, tentunya dengan pengawasan. Ajarkan anak memisahkan kertas yang sudah digunting berdasarkan bentuk. yang jelas, orang tua tidak hanya sekadar menyuruh anak belajar, tapi harus juga terlibat mengajar dan jadi teladan pembelajaran sepanjang hidup,” terang Kiswanti.

Membacakan dengan suara nyaring

Orang tua anak usia dini sekaligus Pegiat Membaca Nyaring (Read Aloud), I Gusti Ngurah Pandu Wijaya mengatakan bahwa hadiah paling berharga adalah ketika putrinya, Carita, tumbuh mencintai buku.

Baca juga: 10 Kegiatan Sederhana untuk Melatih Motorik Halus Anak Usia Dini

Sebagai ayah, Ia membiasakan diri membacakan buku pada Carita dengan suara nyaring (reading aloud).

Teknik ini lazim digunakan serta bermanfaat mendorong konsentrasi, imajinasi, perkembangan bahasa, sekaligus mendekatkan anak dengan orang tua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com