Biasanya penyintas Covid-19 yang mendapatkan toxic positivity merasa bahwa dirinya tidak dipahami.
Sehingga muncul perasaan bahwa permasalahan dihadapi sendirian dan membuat mereka semakin merasa berat untuk menjalaninya.
Baca juga: BUMA Buka Lowongan Kerja bagi Lulusan S1-S2, Buruan Daftar
1. Kebutuhan psikologis (menonjolkan diri)
Muhammad Novvaliant menambahkan, orang yang melakukan toxic positivity cenderung merasa lebih baik, hebat atau bahkan hanya untuk kebutuhan menyalurkan agresi.
"Kebutuhan yang tidak bisa dikendalikan bisa berakibat kontraproduktif sehingga perlu diregulasi agar tepat penyalurannya," ungkap Muhammad Novvaliant.
2. Berusaha terlihat baik-baik saja atau tak terkalahkan
Menurut Muhammad Novvaliant, hidup itu memiliki putarannya sendiri sehingga ada masa di atas atau di bawah.
Tidak apa-apa untuk mengakui kekurangan karena akan terlihat lebih jelas bagian mana yang harus diperbaiki.
Baca juga: Siswa, Perhatikan Tips Sebelum dan Sesudah Terima Vaksin Covid-19
Muhammad Novvaliant memberikan saran bagaimana menghindari toxic positivity dengan melakukan hal berikut ini:
Baca juga: Mahasiswa Baru, Yuk Cermati Panduan Pelaksaaan PKKMB
Demikian informasi dari dosen UII Yogyakarta terkait apa itu toxic positivity dan cara menghindarinya perilaku ini. Yuk beri dukungan bagi teman atau kerabat yang sedang jalani isoman di rumah dengan cara baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.