"Di Posyandu sekarang hanya mengukur pertumbuhan panjang dan berat tanpa mengukur perkembangan sebagai pendekat," ujarnya.
Namun jika dikaji lebih ilmiah ukuran di Indonesia itu berbeda dengan standar Internasional, sepert di Indonesia kurang dari 2 standar deviasi, tapi internasional juga berbeda dengan di Indonesia.
Lebih lanjut, dr. Hasto mengatakan, pendek dan stunting bisa dibedakan dengan memerhatikan kondisi keluarganya. Anak dengan tubuh pendek biasanya terlahir dari orangtua yang tidak terlalu tinggi.
Hal berbeda biasanya dijumpai pada anak stunting yang terus mengalami keterlambatan tumbuh. Anak stunting biasanya tumbuh lebih lambat sekitar 4 sentimeter tiap tahun di masa pra pubertas. Anak stunting juga mengalami keterlambatan masa puber yang biasanya di usia 15 tahun.
Dijelaskan, Indonesia saat ini masih menghadapi permasalahan stunting yang membahayakan kehidupan anak. Sekitar 4 dari 10 anak saat ini diperkirakan mengalami stunting, yang berpotensi merugikan negara secara finansial dan non materi.
Baca juga: Orangtua, Ini 7 Tips agar Dekat Anak
"Stunting bisa dicegah jika orangtua menyadari pentingnya asupan gizi, serta merencanakan kehamilan dan pernikahan," tandas dr. Hasto Wardoyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.