Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITB Ciptakan Teknologi Penyediaan Oksigen Medis Gratis di Indonesia

Kompas.com - 07/09/2021, 10:00 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lonjakan kasus positif Covid-19 beberapa waktu lalu menyebabkan ketersediaan oksigen di rumah sakit menjadi langka.

Tentu hal ini menjadi keprihatinan banyak pihak karena keberadaan oksigen sangat penting. Khususnya bagi pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat.

Sejumlah akademisi membuat inovasi untuk mengatasi masalah ini. Tak terkecuali mahasiswa dan Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan teknologi penyedia oksigen medis untuk Indonesia.

Hal ini diusung atas permintaan Dinkes Kota Bandung kepada ITB untuk menciptakan inovasi mutakhir di kala pandemi. Inovasi yang dihasilkan atas kolaborasi mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Fakultas Teknik Industri (FTI), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) dari ITB dan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Unpad ini diberi nama O2Go.

Baca juga: Yuk Simak Serba-serbi Kuliah Kedokteran Versi Elisa Jonathan

Bisa hasilkan 10 liter oksigen per menit

Project Leader O2Go Fandika Ikhsan mengatakan, proyek ini telah berjalan sejak akhir Juni 2021. Dimulai dengan riset dan reverse engineering ke berbagai daerah seperti Depok dan Bandung, riset melalui internet dan jurnal, trial and error dari prototype sederhana, hingga tahap upscaling prototype.

Kini tim O2Go sedang berfokus pada pengujian dan penelusuran zeolite dengan kualitas terbaik sebagai bahan filtrasi udara, perbaikan kualitas, dan volume oksigen per menitnya.

"Normalnya, di dalam udara yang ada di sekitar kita, hanya terkandung 20 persen oksigen di dalamnya dan sisanya adalah zat-zat lainnya," kata Fandika seperti dikutip dari laman ITB, Senin (6/9/2021).

Menurut dia, teknologi ini diproyeksikan mampu menghasilkan sepuluh liter oksigen per menit dengan kualitas oksigen mencapai 80 persen sehingga mampu memenuhi kebutuhan oksigen masyarakat dalam skala luas.

Baca juga: Kuliah Umum Unpad: Penggemar K-Pop Pembentuk Budaya Partisipatif

Tekankan semangat open sources

Sedangkan O2Go masih dalam tahap adaptasi menghasilkan satu liter oksigen per menit dengan kualitas oksigen lebih 50 persen.

Meskipun masih dalam tahap percobaan, riset, dan upscaling prototype, Fandika optimis dokumen dari riset produk ini dapat segera didistribusikan ke berbagai pihak untuk diproduksi bersama dan dikembangkan lebih jauh lagi.

"Kami menekankan semangat open sources. Jadi, saat orang lain berlomba-lomba untuk komersialisasi suatu inovasi. Kami berencana membuat sebuah dokumen yang bisa dibagikan ke kampus-kampus lain agar mereka bisa bikin produk ini dan saling berkembang saling improve," tambah Fandika.

Muhammad Syaiful Hadi selaku pimpinan tim publikasi menceritakan kolaborasi menarik yang terjadi pada proyek ini. Hal ini karena tidak hanya mahasiswa berbagai jurusan yang terlibat, namun dosen juga ikut aktif berpartisipasi. Baik secara langsung di lapangan maupun secara tidak langsung.

"Kolaborasi ini bisa dibilang tidak hanya ke atas dan ke bawah namun juga ke samping. Di sini dosen tidak hanya bekerja sebagai bos namun kita bekerja bersama di lapangan," kata mahasiswa yang akrab disapa Ipung ini.

Baca juga: Siswa Diimbau Langsung Pulang Usai Ikuti PTM Terbatas di Sekolah

Didukung sepenuhnya oleh dosen

Beberapa dosen yang terlibat memiliki pandangan dan harapan beragam terkait teknologi ini. Salah satunya adalah Vani Virdyawan dosen muda ITB yang baru saja menyelesaikan S3 di Inggris.

Menurutnya, proyek ini menjadi ekosistem belajar baru di antara dosen dan mahasiswa. Selain itu, Vani juga berharap agar produk ini mampu bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan mahasiswa.

Tak hanya dosen muda ini, namun ada pula dukungan dan harapan dari doktor termuda di Indonesia Grandprix Thomryes Marth Kadja.

Baca juga: Mahasiswa, Intip 10 Pekerjaan dengan Gaji Tertinggi di Indonesia

Ia berpartisipasi dalam pembuatan absorbent zeolite untuk menyempurnakan proses penyaringan udara.

"Karena untuk absorbent sendiri biasanya kita impor dari luar dan harganya mahal juga. Harapannya kita bisa membuat sendiri dari bahan dalam negeri yang juga berkualitas tinggi," ungkap Grandprix.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Edu
Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Edu
Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Edu
Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Edu
Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Edu
Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Edu
Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Edu
Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Edu
Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Edu
Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Edu
Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Edu
Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang 'Hadir' di Masyarakat

Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang "Hadir" di Masyarakat

Edu
39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

Edu
8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

Edu
Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau