Mutasi virus dengan kemampuan penularan yang cepat akan berpengaruh kembali naiknya kasus positif. Mutasi lainnya dapat berpengaruh pada sifat keganasan dan ketahanan terhadap vaksin.
Tentu, kondisi ini tetap menjadi “rambu kuning” bagi masyarakat agar mewaspadai segala kemungkinan yang dapat terjadi.
Kedisiplinan penduduk menjadi hal yang menurut Prof. Reviono perlu menjadi sorotan masyarakat, dalam hal ini adalah kesadaran memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila sakit.
Peningkatan kasus Covid-19 sebelumnya dinilai karena masyarakat yang enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan ketika sakit.
Berdiam diri di rumah dapat memperbesar kemungkinan penularan virus apabila tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
Dekan FK UNS ini memberikan masukan kepada pemerintah selaku perumus kebijakan bahwa sequencing rutin secara periodik dari virus kasus-kasus baru perlu terus untuk dilakukan.
Hal tersebut perlu ditekankan mengingat tujuannya adalah menilai ada atau tidaknya mutasi virus.
"Kalau tidak ada (mutasi), virusnya sama dengan yang lain, berarti karakter virus itu seperti yang sudah-sudah. Mungkin kita tidak ada treatment baru," katanya.
"Tapi kalau virusnya berubah, nah ini berarti namanya variant of interest. Jadi kita ada kecenderungan kemungkinan ini akan terjadi perubahan karakter dari virus tadi," jelas Prof. Reviono.
Baca juga: 15 Produk Inovasi Penanganan Covid Hasil Kolaborasi Unair dan Mitra
Tak hanya itu saja, menahan Warga Negara Asing (WNA) untuk tidak masuk ke Indonesia, khususnya orang yang berasal dari negara yang tinggi varian mutasinya juga penting dilakukan.
"Pemerintah mesti berkaca dari pengalaman sebelumnya dalam mengatur WNA yang masuk ke Indonesia," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.