Kami mengunjungi beberapa raksasa teknologi di sana, juga mengikuti sesi Futurism di Universitas Stanford, melihat sendiri autonomous car Waymo besutan Google, ngobrol dengan profesor Berkeley yang sedang menjalankan eksperimen dark material untuk dipakai pada aplikasi kecerdasan buatan.
Kami tidak merasa sedang bersekolah, atau sedang menjalani training. Kami merasa sedang berdarmawisata di sebuah taman raksasa yang memberi tahu kami seperti apakah kecerdasan manusia itu dieksplorasi pada pencapaian puncak-puncak sains dan teknologi dalam terapannya sehari-hari.
Kami disuguhi sebuah tontonan spektakuler yang bernama sains. Dan kami pulang ke Indonesia dengan kegembiraan yang tak terkira.
Bagi sidang pembaca yang pernah mengunjungi Silicon Valley, atau pusat-pusat penelitian NASA di California, Texas maupun Florida, atau sudah menghadiri expo-expo besar seperti CES (Consumer Electronics Show – on Tech) di Las Vegas, MWC (Mobile World Congress) di Barcelona, CeBit (Computer Expo) di Hanover, maupun BAUMA (industrial machineries) di Frankfurt serta Shanghai, inilah wisata sains yang saya maksud.
Apakah Indonesia tidak bisa melakukan hal serupa? Sangat bisa!
Keunikan geologis, topografi serta kekayaan flora dan fauna serta arkeologis sudah menjadi jaminan bahwa gagasan ini memiliki fondasi yang sangat kuat.
Museum Arkeologi di Sangiran atau Taman Nasional Ujung Kulon serta Taman Nasional Komodo dapat jadi gerbang pembuka.
Baca juga: Tingkatkan Destinasi Wisata, Polije Kembangkan Jeju Park
Para operator wisata sains mulai dapat membangun rencana kerja, berkolaborasi dengan kampus-kampus setempat agar dalam wisata sains tersebut dapat pula duduk mengikuti ‘sesi-sesi akademis’ bersama para begawan di masing-masing bidang sains.
Inisiatif ‘wisata sains’ ini perlu difasilitasi oleh Kemenparekraf agar dapat segera terwujud dan masif.
Inilah wisata di mana Indonesia mungkin memiliki keunggulan telak dibanding negara-negara tetangganya karena kekayaan alamnya yang luar biasa besar menjadi ‘content’ dalam menyiapkan paket-paket wisata sains.
Kita tak harus memiliki konglomerat seperti Jeff Bezos, Elon Musk atau Richard Branson untuk merintis wisata sains ini. Asal kita mau, kita bisa!
Semper Fi!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.