Setelah lulus dari bangku SD, pendidikan Gus Dur belanjut ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di tahun 1954.
Baca juga: Yuk Cermati Perbedaan 8 Jalur Masuk Perguruan Tinggi di Indonesia
Pada tahun itu, Gus Dur tidak naik kelas.
Saat mendengar kabar Gus Dur tidak naik kelas, Ibunya Hj. Sholehah mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya dengan mengaji kepada KH. Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak dan belajar di SMP.
3. Menimbang ilmu pendidikan muslim di Pesantren Tegalrejo dan Pesantren Tambakberas
Setelah lulus dari SMP di 1957, Gus Dur pindah ke Magelang untuk memulai pendidikan muslim di Pesantren Tegalrejo.
Dia mengembangkan reputasi sebagai murid yang berbakat, karena menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya 4 tahun).
Pada tahun 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang.
Di pesantren ini, Gus Dur melanjutkan pendidikannya sendiri.
Dan dia juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah madrasah.
4. Kuliah di perguruan tinggi Asia hingga Eropa
Pada tahun 1963, Gus Dur menerima beasiswa dari Kementerian Agama (Kemenag) untuk belajar studi islam di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Di November 1963, dia langsung pergi ke Mesir. Meski dia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh pihak kampus, bahwa dia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan Bahasa Arab.
Baca juga: Sepak Terjang Wikan Sakarinto, Orang Nomor 1 Ditjen Pendidikan Vokasi
Itu karena, dia tidak mampu memberikan bukti terkait kemampuan ilmu Bahasa Arab. Lalu, terpaksa dia mengambil kelas remedial tersebut.
Saat menikmati hidup di Mesir di 1964, dia suka menonton film Eropa dan Amerika. Dia juga suka menonton pertandingan sepak bola. Pada akhir tahun 1964, dia berhasil lulus kelas remedial Bahasa Arab.
Ketika dia memulai belajar Islam dan Bahasa Arab di 1965, dia mulai kecewa. Karena, dia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode yang digunakan kampus.