Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Ini Praktik Baik Penerapan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah

Kompas.com - 19/01/2022, 19:47 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Harmoni kebinekaan menjadi salah satu keunggulan Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) yang berlokasi di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

Kepala Badan Standar Kurikulum, Asesmen, dan Perbukuan (BSKAP), Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Anindito Aditomo mengunjungi sekolah tersebut pekan lalu.

Dalam kunjungannya, Anindito melihat praktik baik penerapan Profil Pelajar Pancasila di YPSIM dan mendorong parktik baik tersebut dapat berlangsung di masyarakat secara masif, berkelanjutan dan kian inovatif demi mewujudkan SDM unggul yang berkarakter Pancasila.

Pelajar Pancasila sendiri adalah perwujudan pelajar Indonesia yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat, memiliki kompetensi global, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Baca juga: Orangtua, Ini Dampak Bila Sering Memarahi Anak Saat Belajar

Enam ciri utamanya, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Siswa hidup di tengah kebinekaan dengan rukun

Harmoni kebinekaan dalam suasana yang damai terasa ketika Anindito dan rombongan memasuki gedung sekolah yang berdiri sejak tahun 1987 di lahan seluas 1.500 meter persegi.

YPSIM menjadi salah satu lembaga pendidikan yang telah menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila dengan baik sejak lama.

Kerja sama lintas budaya dan agama yang dikelola yayasan ini selama bertahun-tahun baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional juga menjadi bukti eksistensi sekolah tersebut.

Di lobi sekolah, terdapat hiasan pohon Mei Hwa (plum blossom) yang merupakan salah satu ornamen wajib pada perayaan Imlek.

Uniknya, bunga yang menjadi simbol kemakmuran, kesejahteraan, keberuntungan, dan kebahagiaan ini dibuat secara bergotong royong tidak hanya oleh para siswa dari etnis Tionghoa saja namun melibatkan seluruh siswa dari berbagai latar belakang budaya.

Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi

Guru bidang studi olah raga, Prima bercerita bahwa dirinya merasa bangga bisa mengajar di sekolah multikultural ini.

Ia mengaku para siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga ia pun terpacu untuk terus mengembangkan metode pembelajaran yang menarik.

“Saya senang melihat anak-anak dapat berbaur di sini dengan rukun, tidak ada pengelompokan antarsuku atau apapun. Semoga anak-anak dapat saling menghargai agar ke depannya mereka menjadi panutan di masyarakat,” katanya seperti dilansir dari laman Kemendikbud Ristek.

Menyusuri lorong-lorong kelas, terlihat para siswa belajar di kelas secara hibrida dengan penuh antusiasme.

Pendiir sekolah, Sofyan Tan mengatakan siswa berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang beragam. Namun, di yayasannya, toleransi dan keadilan diajarkan sedini mungkin secara riil.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau