Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa, Ini 8 Fakta Menarik tentang Gunung Semeru

Kompas.com - 20/01/2022, 12:47 WIB
Dian Ihsan

Penulis

Arca kembar ini terletak di jalur lama Gunung Semeru yang medannya cukup sulit untuk ditempuh, bahkan dapat menyesatkan pendaki.

Letak percis sepasang arca ini pada ketinggan 3.002 mdpl. Sehingga membuat Gunung Semeru sebagai rumah tertinggi bagi arca kuno di Jawa.

Baca juga: Di Media Sosial, UGM Perguruan Tinggi Terpopuler Versi Unirank 2021

8. Aktivitas letusan Gunung Semeru

Di 8 November 1818, aktivitas letusan pertama Gunung Semeru terekam. Pada rentang 1829-1878 juga terjadi beberapa kali letusan hingga 1913, tetapi tidak banyak informasi yang terdokumentasikan.

Bahkan gunung ini kembali meletus tahun 1884 hingga 1899. Pada 1941-1942, terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada 21 September 1941 hingga Februari 1942.

Saat itu, letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan.

Beberapa aktivitas vulkanik juga tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950. Kembali meletus lagi secara berurutan dari tahun 1951 hingga 1961 dan 1963. Letusan beruntun kembali terjadi dari 1967 hingga 1969. Lalu pada 1972-1990.

Letusan berikutnya disusul pada 1992 dan 1994. Letusan di 1994 terbilang mengerikan, karena memakan korban jiwa sebanyak 7 orang, serta orang hanyut terbawa oleh lahar.

Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan.

Baca juga: 7 Artis Indonesia Ini Dirikan Sekolah dan Yayasan Pendidikan

Saat itu, sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978–1989.

Pada 2 Februari 1994, tercatat ada 9 kali letusan Gunung Semeru. Letusan ini mengakibatkan munculnya asap putih tebal dengan ketinggian mencapai 500 meter.

Selain asap putih, terjadi 34 kali guguran lava ke arah Besuk Kembar sejauh 1 km. Erupsi Gunung Semeru menelan korban jiwa sebanyak 7 orang yang hanyut terbawa lahar.

PVMBG pun mencatat aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15-22 Mei 2008.

Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

Pada 12 Juni 2006, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya, mencatat gempa vulkanik dengan kekuatan 1,8 Skala Richter (SR), akibat aktivitas Gunung Semeru.

Pada 1 Desember 2020, Gunung Semeru mengalami letusan yang diikuti guguran awan panas dari puncak. Adapun jarak luncur guguran awan panas ini mencapai 2-11 kilometer.

Hingga 4 Desember 2021 pukul 15.10 WIB, Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo. Itu menjadikan letusan terakhir dan terbaru.

Pada 16 Desember 2021 pada pukul 23.00 WIB, Gunung Semeru dinaikkan statusnya oleh PVMBG dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III).

Baca juga: Viral Sesajen Ditendang, Ini Tanggapan Pakar UGM

Jadi itulah fakta menarik tentang Gunung Semeru. Apakah kamu sudah pernah mendaki Gunung Semeru yang mempunyai banyak keindahan? Jikalau belum, maka disarankan mendaki pada saat statusnya sudah aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com