Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Telkom University: Pengembangan Metaverse di Indonesia Butuh 3 Hal Ini

Kompas.com - 20/01/2022, 15:08 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Istilah Metaverse saat ini tengah menjadi trending topik. Apalagi setelah pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengganti nama perusahaan menjadi Meta Platforms, Inc atau Meta.

Jauh sebelumnya, istilah Metaverse dipopulerkan Neal Stephenson melalui novelnya Snow Crash pada 1992 silam.

Istilah ini berasal dari kata Meta yang artinya melampaui dan universe yang artinya semesta. Di sini Stephenshon merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni Avatar orang sungguhan.

Metaverse versi Zuckerberg digambarkan sebagai ruang virtual. Di mana para penjelajah dapat melakukan berbagai aktivitas layaknya di dunia nyata. Seperti mengikuti rapat kantor, konferensi video, presentasi, hingga aktivitas hiburan seperti menonton konser dan belanja produk brand ternama.

Baca juga: Dua Dosen IPB Masuk dalam Top 100 Ilmuwan Indonesia

3 hal yang dibutuhkan untuk kembangkan Metaverse

Associate Professor Telkom University Andry Alamsyah menjelaskan, Metaverse merupakan bagian dari perkembangan teknologi web 3.0, yaitu generasi yang lebih canggih lagi dari teknologi yang ada sekarang.

Melalui Metaverse, masyarakat akan mendapatkan pengalaman masuk ke dalam dunia digital dan mendapatkan interaksi sosial seperti di dunia nyata.

"Metaverse ini diibaratkan seperti sebuah wadah yang besar. Pada Metaverse, semua serba digital melalui Virtual Reality," kata Andry seperti dikutip dari laman Telkom University, Kamis (20/1/2022).

Menurut Andry, nantinya showbiz, entertainment, konser musik, fashion show, demo memasak, talkshow, dan lain sebagainya, mungkin terjadi di dunia virtual.

Baca juga: Fenomena Trilingual di Media Sosial, Begini Tanggapan Pakar Bahasa UNS

Andry berpendapat ada tiga hal yang perlu disiapkan untuk pengembangan Metaverse di Indonesia, yakni:

1. Infrastruktur

2. Sumber daya

3. Literasi ke publik.

"Di Indonesia sendiri, keahlian di bidang Metaverse belum banyak dikembangkan. Namun dengan sumber daya yang ada, Indonesia dapat menjadi unggulan di masa yang akan datang," papar Andry.

Baca juga: 15 Jurusan Kuliah yang Lulusannya Selalu Dibutuhkan di Masa Depan

Riset Metaverse harus multidisiplin

Dia menerangkan, keterkaitan perkembangan teknologi dan bidang akademik merupakan tantangan yang harus dihadapi Indonesia di masa yang akan datang.

"Ini merupakan challenge yang luar biasa, sangat sulit juga sebenarnya. Karena ilmu itu terus berkembang, teknologi juga berkembang. Sedangkan dosen di kelompokkan dengan keilmuan masing-masing," urai Andry. Riset Metaverse, lanjut Andry, harus multidisiplin, ada psikologinya, ada blockchainnya.

Dia menekankan, ketika para ahli bisa membuat holistic riset atau hotistic kurikulum mengenai Metaverse, itu yang sulit di struktur pendidikan di kampus-kampus di Indonesia.

Dengan adanya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa didorong untuk mendapatkan ilmu-ilmu yang lebih relavan dengan dunia industri.

Baca juga: Simak 4 Tips Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat dari Ditjen Dikti

Sehingga perlu adanya sinergi dan kolaborasi antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau