KOMPAS.com - Cara meluapkan emosi pada anak-anak dan orang dewasa tentu sangat berbeda.
Karena pengelolaan emosi yang belum matang, anak terkadang bisa menjadi rewel, sulit ditenangkan atau sering disebut tantrum. Dalam pengelolaan emosi pada anak ini butuh peran dan pendampingan orangtua.
Untuk memberikan pengetahuan pentingnya pengelolaan emosi pada anak, Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan tema 'Upaya Pengembangan Kemampuan Mengelola Emosi pada Anak Usia Prasekolah'.
Kegiatan berbentuk pelatihan dan pemaparan materi ini dilakukan di TK Taman Kreatif Tirtayasa, Bandung dan diikuti oleh orangtua siswa serta para guru TK Taman Kreatif Tirtayasa.
Baca juga: Dosen UII Sebut Konflik Ukraina-Rusia Bagian dari Sisa Perang Dingin
Dosen Fakultas Psikologi UK Maranatha Endeh Azizah menjelaskan, perkembangan emosi pada siswa prasekolah merupakan hal yang penting karena dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Salah satu bagian yang perlu dikembangkan anak adalah kemampuan mengelola emosi.
"Ketika anak mampu mengelola emosinya, maka akan mudah bagi mereka untuk mengekspresikannya dengan baik di lingkungannya," urai Endeh seperti dikutip dari laman Universitas Kristen Maranatha, Senin (28/2/2022).
Menurutnya, untuk mencapai kemampuan itu, setiap anak perlu mendapat dukungan, bimbingan, dan pengarahan orangtua.
Baca juga: Sinarmas Sekuritas Buka Lowongan Kerja bagi S1 Fresh Graduate
Kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu tanda kemajuan perkembangan anak di usia 3 hingga 6 tahun.
"Sangat penting bagi setiap anak untuk menyesuaikan diri di lingkungannya," imbuh Endeh.
Dia memberi contoh ekspresi dari emosi anak yang terkelola dengan baik adalah ketika mereka tidak memukul temannya meskipun merasa kesal karena mainannya diambil.
"Anak perlu belajar menyatakan kemarahannya secara verbal. Seperti 'Jangan mengambil mainan saya' atau 'Kembalikan mainan saya'," beber Endeh.
Endeh menambahkan, cara lain yang dapat dilakukan orangtua adalah dengan menunda pemenuhan permintaan anak dalam jangka waktu tertentu.
Contohnya adalah ketika anak meminta ice cream di jadwal makan siang, orang tua dapat mengatakan 'Beli ice cream-nya setelah makan ya'. Dengan demikian, anak akan belajar untuk menunda pemuasan terkait keinginannya.
Baca juga: Lulusan SMK Pertanian, Sukses Jadi Petani Milenial Beromzet Jutaan
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah anak-anak melakukan tingkah laku agresif. Yakni dengan menerapkan beberapa cara berikut ini:
1. Menerapkan disiplin pada anak secara konsisten.