“Tanda untuk diabetes melitus itu dilihat dari adanya peningkatan nilai dari gula darah puasa. Di mana nilai gula darah puasanya itu lebih sama dengan 126 mg/dl, peningkatan gula darah sewaktu atau gula darah 2 jam setelah makan sebesar lebih sama dengan 200 mg/dl dan HbA1c yang lebih sama dengan dari 6,5 persen,” jelas Evi.
Evi mengatakan bahwa penyakit ini bisa dialami siapa saja mulai dari usia muda.
“Untuk gejala diabetes baik yang usia muda maupun tua, tidak jauh berbeda. Yang hampir bisa dikatakan sama ada keluhan klasik dan juga nonklasik. Agar terhindar dari diabetes, kita harus upayakan untuk pola hidup yang sehat,” imbuhnya.
Pola hidup sehat yang dimaksud dr. Evi adalah menghindari makanan tinggi kadar gula, berlemak, dan tinggi garam. Ia menyarankan orang-orang untuk lebih banyak memakan makanan sehat.
Di sisi lain, pola makan sehat juga harus dibarengi dengan olahraga secara rutin, menghentikan kebiasaan merokok, tidak minum alkohol, menghindari begadang, bekerja terlalu berlebihan, termasuk menurunkan berat badan agar kembali ideal.
Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini
“Apabila seseorang memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena diabetes disarankan rutin kontrol ke dokter untuk memeriksakan atau skrining dini kejadian diabetes pada dirinya. Disarankan untuk rutin melakukan skrining diabetes melitus paling tidak setahun sekali,” pungkas Evi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.