Untuk memastikan performa dari algoritma deep learning dalam klasifikasi masukan sinyal jantung, Enzy dan timnya melakukan pengujian kepada pengguna dengan berbagai kondisi aktivitas seperti duduk, berjalan, dan berlari.
Dari hasil pengujian, rompi detektor serangan jantung buatan mahasiswa bimbingan Dosen Departemen Teknik Elektro ITS, Rusdhianto Effendi ini mampu beroperasi dengan akurasi klasifikasi sebesar 90 persen dan memberikan hasil pembacaan yang baik ketika digunakan saat istirahat ataupun beraktivitas.
"Sehingga keseluruhan sistem mampu mendukung pertolongan cepat tanggap melalui integrasi antara rompi dengan aplikasi," imbuh dia.
Melalui ide solutif tersebut, Enzy dan timnya berhasil sabet medali emas pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021.
Baca juga: Beasiswa Djarum Plus bagi Mahasiswa D4/S1, Raih Tunjangan Rp 12 Juta
Rompi detektor serangan jantung ini masih dapat dikembangkan lagi melalui modifikasi bagian komponen elektroniknya sehingga rompi akan mengonsumsi daya yang lebih kecil.
"Selain itu, komponen yang digunakan dapat diringkas lagi untuk menekan biaya produksi," tutup Enzy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.