Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/04/2022, 16:19 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, masyarakat jadi punya rutinitas baru saat menjelang buka puasa.

Banyak cara untuk mengisi waktu menjelang buka puasa. Mulai dari mengunjungi tempat wisata, membaca Alquran, mendengarkan ceramah, berburu takjil, melakukan olahraga ringan, membaca buku, hingga bersantai dengan keluarga atau teman.

Sejumlah kegiatan yang dilakukan menjelang buka puasa ini biasanya disebut ngabuburit. Ngabuburit merupakan tradisi yang identik saat Ramadan, khususnya di Indonesia. Istilah ini merujuk pada waktu menunggu berbuka puasa.

Mungkin masyarakat belum banyak yang tahu bahwa istilah ngabuburit ternyata berasal dari bahasa Sunda. Padahal, ngabuburit cukup populer di Indonesia.

Baca juga: Ayo Daftar! UGM Buka 4 Jalur Prestasi, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Asal usul kata ngabuburit

Ketua Lembaga Budaya Sunda (LBS) Universitas Pasundan (Unpas) Hawe Setiawan mengatakan, ngabuburit berasal dari kata dasar burit yang berarti sore atau petang.

"Istilah ngabuburit merujuk pada kata kerja, yaitu melakukan kegiatan untuk mengisi waktu seraya menyongsong tibanya sore hari," terang Hawe seperti dikutip dari laman Unpas, Minggu (10/4/2022).

Menurut Hawe, istilah ngabuburit merupakan bentuk keunikan bahasa Sunda. Sebab, dalam bahasa Sunda, keterangan waktu (dalam hal ini burit) bisa menjadi kata kerja setelah mendapatkan kata awalan (yaitu nga).

"Bahasa Sunda kosa katanya tidak begitu banyak, tapi variasinya tak terbatas," urai Hawe.

Sehingga keunikan bahasa Sunda terdapat pada keterangan waktu. Orang bisa membuat kata kerja dengan tambahan awal, seperti kata ngabuburit.

Baca juga: J Resources Buka Lowongan Fresh Graduate Development Program

Berdasarkan Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ngabuburit berasal dari kalimat ngalantung ngadagoan burit atau bersantai sambil menunggu waktu sore.

Kemunculan istilah ngabuburit

Hawe mengungkapkan, istilah ngabuburit sudah muncul sejak lama, tepatnya ketika kebudayaan Islam memasuki tanah Sunda.

"Seingat saya sudah lama muncul istilah ngabuburit. Saya kira sejak nilai-nilai Islam masuk dalam wilayah budaya Sunda," ujarnya.

Hawe menekankan, kegiatan ngabuburit kini kian berkembang dan beragam dibanding awal kemunculannya.

Baca juga: Daftar 22 Sekolah Kedinasan Kemenhub 2022, Ini Syarat dan Biayanya

Zaman dulu, anak-anak mengisi kegiatan ngabuburit dengan bermain permainan tradisional Jawa Barat seperti bebeledugan atau meriam bambu.

"Sekarang, kegiatan ngabuburit disesuaikan dengan kebudayaan daerah masing-masing. Tentunya diarahkan pada kegiatan yang lebih kreatif dan berharga, bukan hanya untuk mengisi waktu, tapi juga menghayati Ramadan," beber dia.

Ngabuburit jadi istilah nasional

Meski berasal dari bahasa Sunda, istilah ngabuburit kini sudah digunakan secara umum di beberapa daerah di Indonesia.

Hawe menilai, fenomena tersebut dipengaruhi peranan media yang menjadi sarana menyebarkan istilah ngabuburit.

"Saya kira mungkin karena faktor media, sehingga ngabuburit dikenal luas. Istilah ini juga mudah diucapkan oleh penutur nonbahasa Sunda," tuturnya.

Baca juga: Begini Anjuran Minum Air Putih Selama Puasa dari Akademisi Unpas

Dengan begitu, istilah ngabuburit semakin mudah diterima oleh masyarakat Indonesia, meski di sejumlah daerah ada yang memiliki istilah yang berbeda-beda.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com