Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 14/04/2022, 20:25 WIB

KOMPAS.com - Belum lama ini muncul pemberitaan Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri Yakoob berencana mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Mendengar kabar tersebut, banyak pihak menentang. Salah satunya adalah Menteri Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim.

Terkait polemik tersebut, Dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Kundharu Saddhono memberikan pendapatnya.

Dr. Kundharu juga menolak wacana yang menyebutkan bahwa bahasa Melayu akan dijadikan bahasa kedua ASEAN.

Baca juga: Beasiswa S1 di Vietnam, Kuliah Gratis dengan Syarat Mudah

Bahasa Indonesia lebih layak dijadikan bahasa kedua ASEAN

Menurutnya, bahasa Indonesia jauh lebih layak dijadikan sebagai bahasa kedua ASEAN. Hal ini bisa dilihat dari syarat-syarat bahasa internasional.

"Memang kalau kita lihat kaitannya dengan syarat-syarat bahasa internasional, bahasa Indonesia jauh lebih unggul daripada bahasa Melayu," ujar Dr. Kundharu yang juga
pakar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) seperti dikutip dari laman UNS, Kamis (14/3/2022).

Dia menyoroti terdapat tiga aspek yang menjadi bahasa Indonesia lebih layak menjadi bahasa kedua ASEAN daripada bahasa Melayu.

270 juta penduduk Indonesia gunakan bahasa Indonesia

Dr. Kundharu menyebutkan, saat ini terdapat lebih dari 270 juta penduduk Indonesia pada umumnya memakai bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu. Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika dibandingkan dengan bahasa Melayu, tentu bahasa Indonesia masih menjadi yang lebih banyak jumlah penuturnya.

Baca juga: Astra Financial Buka Lowongan Kerja S1/S2 Fresh Graduate, Ayo Daftar

Ratusan lembaga selenggarakan program BIPA di luar negeri

Dari aspek program BIPA, Dr. Kundharu menjelaskan, terdapat ratusan lembaga penyelenggara program BIPA di luar negeri. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi luar negeri yang membuka prodi Bahasa Indonesia.

Bahkan, prodi PBSI sendiri telah mengirimkan beberapa mahasiswanya untuk magang di perguruan tinggi luar negeri guna mengajarkan bahasa Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+