KOMPAS.com - Makan satu kali sehari bukanlah strategi diet yang baik. Untuk mendapatkan tubuh yang ideal dan sehat harus memperhatikan pola makan, frekuensi makan dan olahraga.
Tak sedikit orang salah kaprah dengan mengurangi frekuensi makan demi mendapatkan tubuh yang ideal.
Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI, frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan.
Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga kali makan utama yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam. Jadwal makan dibagi menjadi makan pagi (sebelum jam 09.00), makan siang (12-13) dan makan malam (18.00-19.00).
Ahli Gizi UM Surabaya Tri Kurniawati menjelaskan, jadwal makan disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4 jam sehingga waktu makan yang baik adalah dalam rentang waktu tersebut sehingga lambung tidak dibiarkan kosong terlalu lama.
Baca juga: Efek Samping Sering Facial, Dosen UM Surabaya Sebut 5 Hal Ini
Menurutnya pola makan yang tidak teratur seperti terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan tidak makan dapat membuat perut mengalami kekososngan dalam jangka waktu yang lama.
“Jadwal makan tidak teratur tentunya akan berdampak pada lambung. Makan yang tidak teratur membuat rasa lapar yang lebih dibanding orang yang lapar makan teratur, sehingga akan lebih sulit mengontrol apa yang akan dikonsumsi, sehingga jumlah yang dikonsumsi lebih banyak,” jelas Tri dilansir dari laman UM Surabaya.
Tri yang merupakan Dosen Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini UM Surabaya mengatakan, makan satu kali sehari tentunnya bukan hal yang dianjurkan karena akan memicu beberapa hal diantaranya:
1. Memicu kelelahan
Pola konsumsi yang tidak teratur selama beraktivitas, dapat meningkatkan penggunaan cadangan energi otot. Akibatnya terjadi pengurangan glikogen otot yang dapat menimbulkan rasa lelah dan akan berbanding lurus dengan penurunan kadar glikogen otot.
2. Memicu kondisi mengantuk
Makan satu kali sehari bisa memicu rasa kantuk. Kandungan karbohidrat pada makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan kadar gula darah naik dan turun secara cepat, yang dapat menyebabkan tubuh mudah lelah.
Tubuh akan melepas insulin dan banyak asam amino trifosfat yang akan masuk ke otak dan dapat memacu hormon serotonin yang memiliki efek relaksasi dan mengantuk
3. Kelebihan jumlah makanan dikonsumsi
Meskipun sudah menahan nafsu makan untuk membatasi kalori, tetapi pada akhirnya seseorang akan mengkonsumsi banyak kalori saat waktu makan tiba. Hal tersebut diakibatkan karena menahan lapar dalam waktu yang lama.
Baca juga: Makan es krim, Ini 5 Manfaatnya buat Mood dan Tubuh
Kalori akan tambah menumpuk jika mengonsumsi makanan berlemak, makanan olahan, atau camilan.
4. Kekurangan nutrisi
Selain kuantitas atau jumlah, maka kualitas makanan yang dikonsumsi harus diperhatikan.
“Bila tubuh hanya konsumsi satu kali sehari yang seharusnya 3 kali sehari maka ada kebutuhan gizi secara kualitas dan kuantitas yang belum terpenuhi yang bila terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan sesorang jatuh ke dalam kondisi kekurangan gizi,” tutup Tri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.