Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Ini 5 Cara Cegah Keterlambatan Bicara pada Anak

Kompas.com - 31/05/2023, 22:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Setiap anak pertumbuhan dan perkembangannya berbeda-beda. Ada yang cepat belajar untuk berbicara, tetapi ada pula yang terlambat bicaranya.

Ternyata hal itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal.

Adapun faktor internal berhubungan dengan jenis kelamin, keturunan atau genetik, dan fisik anak berupa malfungsi neurogis.

Sedang faktor eksternal lebih berkaitan dengan jarak kelahiran, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan stimulasi oleh orangtua atau pengasuh.

Baca juga: Cek Ketentuan Beasiswa UM Surabaya bagi 5 Besar Juara Kelas

Terkait hal itu, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya Sri Lestari menyebut, untuk mengevaluasi anak dengan gangguan bicara, orang tua tidak boleh melakukan diagnosa sendiri dan perlu berkonsultasi pada ahli.

Tetapi, keanehan atau red flag dalam perkembangan bahasa sejak anak usia bayi misalnya, tidak respon ketika dipanggil pada umur 6 bulan dapat menjadi skrining awal bagi orangtua.

Apalagi jika dilihat data di Indonesia yang di rilis Kemenkes pada 2015, angka keterlambatan bicara pada anak di Indonesia termasuk tinggi yakni berada pada angka 68 persen.

"Tentu saja penting bagi orangtua untuk memantau keterlambatan perkembangan anak karena kelalaian sekecil apapun dapat mengakibat berdampak pada afektif, kognitif maupun kemampuan bersosialisasi di kemudian hari," ujar Tari dikutip dari laman UM Surabaya, Selasa (30/5/2023).

Dikatakan, pada konteks faktor eksternal, stimulasi dari orangtua atau pengasuh mengambil peranan yang sangat penting. Berbagai hal perlu dilakukan orangtua untuk mencegah anak terlambat bicara.

Cara cegah keterlambatan bicara pada anak

1. Berikan perhatian dan ajak anak berkomunikasi dua arah

Komunikasi dua arah penting dilakukan oleh orangtua sejak anak masih bayi, bahkan masih dalam kandungan.

Melakukan komunkasi dua arah berarti orangtua selalu merespon bubling atau ocehan anak dengan memandang mata mereka dan kata-kata.

Baca juga: Ini Jenis Makanan Berprotein Tinggi Selain Tempe, Info UM Surabaya

"Dengan begitu bayi atau anak-anak merasa diperhatikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perhatian yang ditujukan orangtua pada anak ketika berkomunikasi dengan mereka justru menjadi faktor yang signifikan berpengaruh pada perkembangan mereka," terang dia.

2. Hindari merespon anak dengan bahasa cadel

Merespon anak dengan bahasa cadel agar terlihat lucu dapat mengakibatkan gangguan fonologis anak dikemudian hari.

Meskipun gangguan fonologis dapat terjadi karena pengaruh fisik, namun tidak menutup kemungkinan karena faktor interaksi orangtua.

Seringkali orangtua berkomunikasi ke anak dengan menghilangkan bunyi atau mengganti bunyi. Misalnya “adek mau mimik cucu” (s) diganti (c) atau “ayo main utamen dengan Ayah” dengan penghilangan bunyi misal (r).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau