Melalui program ini, mereka telah memberdayakan 71.630 siswa sekolah menengah atas dan perguruan tinggi berusia 15-30 tahun termasuk siswa yang kurang mampu. Lalu, berkolaborasi dengan 3.310 tenaga pendidik, 852 institusi pendidikan tinggi, 228 sekolah menengah, serta 149 organisasi nirlaba.
Terlebih, program ini juga mengalami perkembangan inklusi gender, di mana keterlibatan perempuan mengalami kenaikan sebesar 52 persen.
Baca juga: Data WVI Ungkap Literasi 30.000 Siswa di 5 Kabupaten Meningkat
“Seperti yang kita lihat saat ini pemenangnya adalah dua perempuan muda. Saya pikir ini adalah kemajuan yang baik bagi kita untuk mewujudkan inklusi gender dan membangun kesetaraan di Asia Tenggara, sehingga bersama-sama kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bersama,” jelasnya.
Piti menjelaskan bahwa kriteria pemenang yang dicari oleh juri dalam ASEAN Data Science Explorers 2023, dilandaskan pada empat aspek.
Pertama, terkait dengan kemampuan peserta dalam mempresentasikan data yang mereka miliki menggunakan teknik data storytelling. Kedua, berkenaan dengan data yang dipilih dan didapatkan oleh peserta. Ini juga mencakup penilaian terhadap sumber data, apabila data primer maka akan semakin tinggi nilainya.
Baca juga: PTKI Diminta Literasi Digital Jadi Mata Kuliah Wajib
Ketiga, kemampuan peserta dalam mengekstrak data, mengelola, serta mengidentifikasi permasalahan yang ada dari data tersebut. Terakhir, terkait solusi dan rekomendasi yang diinisiasi oleh peserta.
Dari keempat kriteria ini, didapatkan 3 tim yang menjadi pemenang.
Juara pertama diraih oleh tim Walaoeh yang terdiri dari Yen May Lee dan Jie Si Yee dari University of Nottingham Malaysia. Presentasi mereka berfokus pada revolusi digital untuk pertumbuhan ekonomi dengan panduan keuangan inklusif.
Baca juga: Menciptakan Konten Online Inklusif dan Menarik lewat Perbedaan Generasi
Juara kedua didapatkan oleh tim Gangubai yang beranggotakan Ngan Huynh Hai dan Hieu Nguyen Trung dari VinUniversity and St. Joseph’s Institution Vietnam. Presentasi mereka difokuskan kepada pembagian energi ramah lingkungan dengan desentralisasi produksi dan konsumsi energi.
Juara ketiga berhasil diraih oleh tim JKaLgOlithm beranggotakan Kay Eugenia Purnama dan Jessen Wiryawan sebagai perwakilan dari Indonesia. Presentasi mereka berfokus pada peningkatan kelayakan huni di kawasan kumuh.
Yen May Lee, salah satu anggota tim Walaoeh yang merupakan juara pertama kompetisi ini, merasa bahwa ASEAN DSE menjadi pintu bagi generasi muda untuk memahami data analisis.
Baca juga: Dorong Generasi Muda Melek Data, DQlab UMN Rilis Modul Pentaho Bahasa Indonesia
“Saya merasa program ini memberikan asupan inklusivitas bagi generasi muda. Kita melihat banyak peserta yang tidak berasal dari latar belakang data analitik, tetapi program ini bisa jadi pintu untuk kita memahami analisis data,” jelasnya.
Terlebih, anggota kelompok mereka lainnya yaitu Jia Si Yee, juga tidak berasal dari jurusan yang berkaitan dengan data analisis.
“Saya berasal dari latar belakang bisnis, jadi saya tidak punya banyak pengetahuan tentang cara menganalisis data dan sebagainya. Namun, melalui platform ini saya mendapatkan program pelatihan dari SAP untuk menggunakan platform analisis data milik mereka. Dari sini, akhirnya saya mengetahui dan tertarik terhadap analisis data,” ceritanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.