Benarkah Wisuda TK Bentuk 'Eksploitasi' dan Penurunan Makna 'Wisuda'?

Kompas.com - 08/06/2018, 16:06 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Di media sosial sempat muncul polemik perlu tidaknya perayaan wisuda pendidikan anak usia dini (PAUD) atau TK.

"Dulu di-WISUDA adalah kebanggaan karena berarti sudah jadi SARJANA. Sekarang, TK pun (sudah bisa) di-wisuda" begitu salah satu unggahan komentar di Facebook.

Beberapa grup Whatsapp (WA) bahkan membahas perihal "wisuda TK" ini dalam kacamata yang 'serius'.

"Kesakralan kata 'wisuda' seakan-akan saat ini menjadi pupus kala seorang anak PAUD yang tidak mengerti apa-apa tentang kata 'wisuda' mengenakan baju toga hitam lengkap dengan tali yang menggantung di toga," begitu isi kutipan yang beredar grup WA .

Anak juga didandani seperti orang yang sudah dewasa, lengkap sanggul dan make up serta aksesoris lainnya. Mereka juga mengikuti prosesi memindahkan tali toga berwarna hitam. 

Pendapat ini kemudian dilanjutkan dengan penjelasan panjang lebar mengenai makna filosofis pemindahan tali toga ke kanan, alasan penggunaan warna hitam dan mengapa topi toga berbentuk persegi.

Saya berani mengatakan, demikian broadcast itu menyebutkan, acara wisuda buat anak PAUD adalah bagian dari eksploitasi terhadap anak. Eksploitasi bukan saja berarti mempekerjakan anak-anak yang masih dalam usia belajar, namun eksploitasi terhadap anak adalah memperlakukan anak tidak sesuai dengan umur dan perkembangannya.

Apakah benar acara wisuda TK merupakan bentuk "eksploitasi"? Akankah ini menjadi sebuah "penurunan makna dan kebanggan" wisuda bagi si anak nanti pada saat lulus perguruan tinggi?

Menciptakan kenangan

Caroline, ibu dari Jeannice Emily (6 tahun) melihat acara wisuda anaknya sebagai sebuah kesempatan untuk menciptakan sebuah kenangan. 

"Meski bukan wisuda seperti lulus perguruan tinggi, namun tetap ada rasa bangga dan haru melihat Jennice berfoto menggunakan toga," ujar Caroline yang anaknya bersekolah di TK Yunike Andreas, Tangerang.

Baginya, ini menjadi kenangan tersendiri bagi orangtua bahwa anaknya telah melewati satu tahap dalam pendidikan mereka.

Baca juga: Video "Surat Wali Kelas" bagi Orangtua Galau Jelang Bagi Rapor

Hal senada disampaikan Martino Manjaya, ayah dari Agustinica Aniva (6 tahun) dari Balloon Kindergarten, Makassar.

"Acara wisuda di sekolah anak kami dikenal dengan sebutan 'penamatan'. Acara 'penamatan' atau wisuda ini diisi dengan acara berfoto memakai toga dan juga pentas seni," jelas Martino.

Hal yang penting menurutnya adalah dalam acara ini anak-anak terlihat gembira dan menikmati acara.

Halaman Berikutnya
Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau