Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Daring Bikin Stres? Ini Tiga Cara Mengatasinya

Kompas.com - 15/01/2021, 09:24 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu cara menekan transmisi Covid-19 di kalangan pelajar dan mahasiswa ialah menerapkan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau biasa disebut pembelajaran daring.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, juga mengeluarkan surat edaran yang menyatakan bahwa kegiatan sekolah termasuk perkuliahan di masa pandemi akan dilakukan secara daring dari rumah.

Namun, dari metode PJJ ini ternyata menimbulkan masalah baru. Adaptasi pembelajaran secara luring atau offline atau daring ke online membuat banyak siswa stres dan cemas berlebih.

Nah, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Rifa Fauziyyah, memiliki pandangannya tersendiri mengenai fenomena ini.

Baca juga: Tips Manajemen Stres Selama PJJ bagi Siswa

Banyak mahasiswa alami kecemasan

Melalui pengamatan yang ia dapat dari berbagai penelitian, maka Rifa Fauziyyah coba merangkumnya. Seperti halnya ada penelitian mengenai dampak pembelajaran jarak jauh terhadap tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta.

"Dalam penelitian tersebut, mengungkapkan sekitar 88 persen mahasiswa mengalami kecemasan berat dan 12 persen mahasiswa mengalami kecemasan sedang," ujarnya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis (14/1/2021).

Ada pula penelitian mengenai depresi dan kecemasan pada mahasiswa selama pandemi Covid-19 di Bangladesh menemukan sekitar 87,7 persen mahasiswa memiliki gejala kecemasan ringan sampai berat.

Penelitian lain di Prancis juga menunjukkan bahwa 60,2 persen mahasiswa mengalami peningkatan kecemasan sejak awal pandemi Covid-19. Hasil penelitian itu juga menunjukkan bahwa 61,6 persen mahasiswa mengalami stres sedang hingga berat.

Termasuk pula, ada penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Tercatat, ada 250 dari 262 mahasiswa yang melaksanakan PJJ, lebih dari 12 kali mengalami tingkat stres yang tinggi.

"Perubahan metode pembelajaran tatap muka ke metode daring yang dilakukan secara mendadak dalam situasi darurat ini masih memiliki beberapa masalah," kata Rifa.

Masalah tersebut, misalnya adalah kurangnya kesiapan dari pihak dosen dan mahasiswa, kurangnya penguasaan teknologi, waktu yang singkat.

Termasuk penyampaian materi kuliah yang tidak sejelas perkuliahan tatap muka, kebutuhan kuota internet yang besar, kondisi sinyal internet yang tidak stabil atau gangguan pada jaringan yang akhirnya membuat perkuliahan jarak jauh menjadi kurang efektif.

"Mahasiswa seharusnya dapat menikmati berbagai fasilitas dari kampus untuk perkuliahan, namun mahasiswa yang tinggal di daerah dengan keterbatasan infrastruktur dan daya dukung lainnya justru semakin merasakan kesenjangan digital," jelas Rifa.

Tak hanya itu, faktor akademik juga merupakan salah satu potensi stres dan cemas. Misalnya karena perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, target pencapaian nilai, prestasi akademik, dan penundaan akademik akibat pandemi Covid-19.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau