KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Joe Biden sempat menyebut proyeksi tentang Jakarta yang diperkirakan bakal tenggelam dalam 10 tahun ke depan.
Pernyataan ini disampaikan dalam pidato sambutan kepada para pemimpin badan intelijen di Amerika Serikat yang salah satu pembahasannya adalah isu perubahan iklim.
Menanggapi hal itu, Dosen Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas menegaskan, masyarakat harus kritis dalam menanggapi isu ini. Dia menekankan, penurunan muka tanah di Kota Jakarta sebenarnya sudah terjadi sejak 1997.
Hasil ini didapat dengan melakukan pemodelan penurunan muka tanah menggunakan teknologi LIDAR (Light Detection and Ranging).
Baca juga: Rekomendasi 3 Sekolah Kedinasan bagi Siswa IPS
Selain LIDAR ada juga data dari tahun 2007 hingga 2018 yang disajikan melalui fleet InSAR, terlihat memang ada penurunan tanah di beberapa daerah. Bahkan ada yang mencapai 20 cm per tahun.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir terlihat pengurangan laju penurunan muka tanah. Heri Andreas menyampaikan, dengan menambahkan kenaikan muka laut dan penurunan muka tanah terhadap topografi, bisa diketahui wilayah mana yang berpotensi berada di bawah permukaan laut per satuan waktu.
Pada tahun 2012 dibuat skenario penurunan muka tanah dan diperoleh hasil bahwa potensi tenggelamnya Jakarta mencapai 31 persen. Setelah skenario tersebut diperbarui terdapat penurunan potensi menjadi 28 persen.
"Ini memang terlihat berkurang, tetapi potensinya masih ada," tandas Heri.
Baca juga: Cermati 5 Hal Ini Jika Ingin Kuliah di Singapura
Tentu saja topografi ini sifatnya dinamis sehingga akan terus diperbarui. Dari data model perbaruan terakhir, terlihat bahwa 9.000 hektare lahan sudah berada di bawah permukaan laut. Namun di lapangan tetap kering karena adanya proses tanggul laut dan tanggul sungai.
Pada tahun ini, 14 persen wilayah Jakarta sudah berada di bawah laut dan diperkirakan akan menjadi 28 persen pada tahun 2050.
Beberapa tempat seperti Muara Baru sudah turun sejauh 1 meter. Hal ini perlu diperhatikan karena akan terus bertambah jika terus diabaikan.
"Jika usaha kita tidak maksimal, maka pada tahun 2050 penurunannya akan mencapai 4 meter," ujar Heri.
Baca juga: Mendikbud Ristek Tegaskan 8 Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi
Andreas dan tim membuat model potensi bahwa jika hanya dipengaruhi oleh kenaikan muka laut, maka hanya 292 hektare lahan saja yang akan tergenang dan tenggelam. Namun, jika ditambah pengaruh penurunan muka tanah, maka akan bertambah menjadi 9.000 hektare.
Selain kedua hal tersebut, perubahan iklim di pesisir bisa membuat 16.000 hektare lahan terendam.
"Untuk mencegah atau membuat Jakarta tidak tenggelam, perlu dilakukan monitoring dan early warning, menentukan faktor penyebab, serta memetakan risiko bencana dengan lebih pasti," tutur dia.