Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pembuatan tanggul, pembuatan pompa, serta mencari alternatif air tanah karena eksploitasi air tanah menyebabkan penurunan muka tanah.
Baca juga: Astra Buka Program Human Capital Trainee 2022 bagi Lulusan S1
Andreas mengungkapkan, ilmu geodesi dan geomatika bertanggung jawab dalam menganalisis risiko bencana. Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir hingga paranoid.
"Jakarta tenggelam adalah clickbait bahasa media, tidak perlu khawatir, Jakarta memang berpotensi tenggelam tetapi tidak akan tenggelam," tutup Andreas.
Sementara itu Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agustan menyampaikan, sebagai seorang saintis harus harus kritis, mempertanyakan, meneliti serta membuktikan sendiri pernyataan dari Joe Biden.
Agustan menerangkan, masalah utama yang terjadi di Jakarta adalah banjir. Hal ini disebabkan beberapa hal seperti penurunan muka tanah dan kenaikan muka laut.
Penyebab ini diidentifikasi melalui beberapa penelitian yang menggunakan satelit seperti altimetri.
"Pada tahun 2010 dilakukan kerja sama antara BPPT dan Geodesi ITB untuk mengolah data altimetri. Hasilnya ditemukan bahwa ada fenomena kenaikan muka laut," kata Agustan.
Baca juga: Intip 3 Universitas Termegah Dunia
Agustan mengungkapkan, untuk mengamati penurunan muka tanah digunakan teknologi InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar). Pengamatan ini dilakukan dalam rentang 2014 hingga 2020 dan terlihat bahwa setiap tahun terdapat perbedaan hasil pengamatan yang menunjukkan penurunan muka tanah.
"Jakarta tidak akan tenggelam, melainkan tergenang," beber Agustan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.