KOMPAS.com - Salah satu penyakit kronis, diabetes atau penyakit gula banyak diderita masyarakat. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.
Tetapi, apakah seseorang yang menderita penyakit diabetes boleh puasa? Terlebih bagi umat Muslim di bulan Ramadhan 2022 ini.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Nasional Diponegoro Universitas Diponegoro (RSND Undip) dr. Maria Erika Pranasakti, Sp.PD., puasa memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.
Baca juga: Alumnus Farmasi UGM: Ini Panduan Kecukupan Nutrisi Saat Puasa
Bagi pengidap diabetes harus terlebih dahulu membicarakan kondisinya pada dokter dan memiliki riwayat gula darah terkontrol baru dapat ikut berpuasa.
"Penderita diabetes harus dapat mengklasifikasikan masuk dalam kategori pasien diabetes risiko sangat tinggi, tinggi, sedang atau rendah," ujarnya dikutip dari laman Undip, Rabu (6/4/2022).
Menurutnya, risiko tinggi adalah mereka yang pernah mengalami hipoglikemia yang berat dan penurunan gula darah dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadhan ini.
Atau hipoglikemia berulang, perempuan yang sedang hamil, pasien-pasien cuci darah, mereka yang mengalami kegawatan yakni Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS) dalam tiga bulan terakhir.
"Mereka termasuk pasien yang memiliki risiko sangat tinggi apabila berpuasa," tuturnya.
Sedangkan untuk kategori sedikit rendah di bawahnya, yaitu mereka yang mengalami hipoglikemia sedang, kategori gulanya 150 sampai 300 atau pasien diabetes yang tinggal sendiri dan tidak ada anggota keluarga yang menemani.
Atau pasien-pasien usia lanjut atau memiliki kormobid lain, misalnya pernah stroke, terkena serangan jantung masuk dalam risiko tinggi.
Baca juga: Pentingnya Gizi dan Nutrisi Seimbang Saat Puasa dari Alumnus Farmasi UGM
Yang masuk risiko sedang itu diabetes yang terkendali dan yang rendah yang menggunakan salah satu macam obat saja.
"Biasanya pasien yang masuk kategori risiko sedang atau rendah masih aman tetapi mereka yang masuk risiko sangat tinggi dan tinggi harus mewaspadai beberapa hal. Ada tanda-tanda yang mereka harus pahami di dalam tubuh, kapan harus segera membatalkan puasa," jelasnya.
Dikatakan, bagi pasien-pasien yang akan melaksanakan ibadah puasa, harus mempersiapkan diri tidak di saat-saat akhir tetapi 1 atau 2 bulan sebelumnya atau sejak awal sehingga saat masuk bulan Ramadhan sudah tertata dengan baik.
Ketika puasa terjadi perubahan pola makan, biasanya 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari (sahur dan berbuka). Terdapat periode tidak makan sekitar 12 jam dan orang sering mengira bahwa dengan berpuasa gula darahnya akan rendah padahal tidak hanya itu.
Gula darah yang rendah atau hipoglikemia hanya salah satunya karena ada juga kondisi hiperglikemia atau gula darahnya justru malah naik. Hal tersebut disebabkan bisa karena dehidrasi atau tubuh kekurangan cairan.
Baca juga: Tips Sehat Puasa Ramadhan ala Dosen FK Ubaya