Menginap Semalam di Museum...Berani Coba?

Kompas.com - 27/01/2018, 12:28 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

 
JAKARTA, KOMPAS.com - Jonathan, siswa SMP 3 Jakarta Selatan, tampak asyik menyimak penuturan perempuan berkulit putih di hadapannya. Perempuan itu duduk di bibir panggung dan berkisah pengalaman hidupnya bersama sang ayah.

Waktu sudah lewat pukul 20.00 pada Jumat (26/1/2018) malam. Jonathan tak sendiri, ia bersama lima puluh pelajar SMP dari berbagai wilayah di Jakarta duduk tenang di lantai beralas karpet. Beberapa anak mengajukan pertanyaan pada perempuan itu.

Ya, mengulik kehidupan seseorang dari orang terdekatnya memang menarik. Seperti yang berlangsung pada malam itu di ruang auditorium yang terletak di lantai 3 Museum Basuki Abdullah, Jakarta Selatan.

Salah satu anak pelukis Indonesia Basuki Abdullah, Cecilia Sidhawati Abdullah malam itu datang bersama dua anak perempuannya. Ia berbagi pengalaman hidupnya bersama sang maestro selama 20 tahun.
 
Usai berkisah, Kepala Museum Basoeki Abdullah, Maeva Salmah, membawakan chocolate cake pada Sidhawati. Semua orang yang berada di ruangan itu pun menyanyikan lagu Happy Birhtday. Lebih dari satu abad yang lalu, tepatnya pada 27 Januari 1915, Basoeki Abdullah dilahirkan.

Salah satu anak maestro lukis Indonesia Basoeki Abdullah, Cecilia Sidhawati Abdullah (paling kanan) berkisah pengalaman hidupnya bersama ayahnya di hadapan puluhan siswa SMP se-Jakarta di Museum Basuki Abdullah, Jumat (26/1/2018). Para pelajar SMP tengah mengikuti kegiatan Semalam di Museum sebagai salah satu bentuk penguatan pendidikan karakter.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Salah satu anak maestro lukis Indonesia Basoeki Abdullah, Cecilia Sidhawati Abdullah (paling kanan) berkisah pengalaman hidupnya bersama ayahnya di hadapan puluhan siswa SMP se-Jakarta di Museum Basuki Abdullah, Jumat (26/1/2018). Para pelajar SMP tengah mengikuti kegiatan Semalam di Museum sebagai salah satu bentuk penguatan pendidikan karakter.

Acara belum usai. Para pelajar SMP dibagi menjadi sejumlah kelompok kecil. Setelah mengenakan sarung tangan yang dibagikan para pemandu, mereka berkeliling museum. Termasuk, masuk ke rumah yang pernah ditinggali Basoeki Abdullah dan keluarganya.

Jonathan yang tak bisa mengenakan kaos dari panitia karena ukuran yang disediakan tak ada yang sesuai dengan tubuhnya yang bongsor tetap merasa senang. Malam itu, ia mendapat wawasan baru tentang sosok pahlawan yang berprofesi sebagai seniman lukis, tak seperti sosok pahlawan yang biasa digambarkan berlaga di medan tempur.

Ia pun mengaku tak keberatan malam itu menginap di museum. Jonathan yang aktif dalam kegiatan pramuka terbiasa dilatih mandiri.

Meski begitu, ia merasa agak gentar karena melihat sejumlah benda dan pakaian yang terakhir dikenakan Basoeki Abdullah. Pelukis yang sering melukis kepala negara dan tokoh-tokoh dunia itu meninggal pada 5 November 1993. Ia menjadi korban kekerasan dalam perampokan di rumahnya.

“Agak takut tapi senang karena jadi tahu bahwa ada orang yang berjasa, berjuang untuk Indonesia lewat karya lukisnya,” tuturnya bersemangat.

Benda-benda koleksi Museum Basoeki Abdullah berupa jam tangan, senjata yang digunakan perampok untuk melakukan kekerasan terhadap Basoeki Abdullah, dan kacamata Basoeki Abdullah.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Benda-benda koleksi Museum Basoeki Abdullah berupa jam tangan, senjata yang digunakan perampok untuk melakukan kekerasan terhadap Basoeki Abdullah, dan kacamata Basoeki Abdullah.

Daviena Putri Anjani, siswi SMP 29 Jakarta Selatan yang juga ikut dalam kegiatan itu mengaku tertarik dengan beragam koleksi museum. Dalam satu kesempatan, sebuah lukisan karya Basoeki dituturkan lewat dongeng. Ia pun tak segan mengajak para pelajar lainnya untuk mengikuti kegiatan serupa.

“Nggak menyeramkan, asyik kok jalan-jalan di museum malam-malam,” ujarnya.

Mengajak anak milenial jalan-jalan ke museum bukanlah hal mustahil. Selama dikemas dengan kegiatan kekinian, kunjungan ke museum tetap jadi aktivitas menarik.

Memang butuh trik khusus untuk bisa menyajikan koleksi masa lalu menjadi menarik. Salah satunya, kegiatan petualangan di malam hari seperti Semalam di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta Selatan bisa ditiru.

Kamar tidur maestro lukis Indonesia Basoeki Abdullah menjadi koleksi Museum Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Kamar tidur maestro lukis Indonesia Basoeki Abdullah menjadi koleksi Museum Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

Kunjungan malam hari ke Museum Basoeki Abdullah yang digelar 26 dan 27 Januari 2018 tersebut melibatkan siswa-siswi SMP se-Jabodetabek. Menurut Maeva Salmah, petualangan para pelajar itu untuk mengenang jasa pelukis Basoeki Abdullah bagi bangsa dan negara.

Dengan adanya kunjungan itu, diharapkan generasi muda dapat meniru sosok Basoeki Abdullah yang disiplin, berani, pembelajar, dan sangat mencintai tanah airnya. Tak cuma itu, semangat menghargai keberagaman juga bisa didapat dengan mengikuti tur museum, dongeng nusantara, serta renungan yang dikemas dengan apik dalam acara Hening Malam.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau