Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Terorisme, Kesehatan Jiwa, dan Cara Menghindarinya

Kompas.com - 21/05/2018, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Fase 4: Penugasan

Benjamin Franklin effect yang saya bahas pada artikel saya sebelumnya “Dilan, Cinta, dan Cara Menemukan Pasangan” menurut saya berlaku disini.

Selain diskusi korban akan juga akan diminta mematuhi peraturan-peraturan dan melakukan tugas-tugas. Seperti kita sudah baca kembali, seseorang senang, bahagia, dan akan terikat secara emosi bukan karena orang itu diberi sesuatu. Tapi karena orang itu diminta melakukan sesuatu.

Kemudian bagaimana mencegahnya? 

Ketika masuk jauh ke fase kedua, upaya mengubah pikiran korban sudah sulit apabila sudah masuk fase ketiga. Bukan lagi pencegahan (preventif) yang bisa dilakukan, tapi sudah kuratif oleh ahlinya. 

Jadi satu-satunya jalan bagi kita untuk mencegah adalah ketika fase pertama atau awal fase kedua. 

Kata kuncinya hanya satu: jangan sampai “diabaikan” (ignorance) ketika kita tahu ada seseorang di dekat kita sedang mengalami masa-masa sulit.

Apabila kita tahu ada orang lain yang di dekat calon korban memberikan perhatian yang berlebihan (fase pertama), bisa lewat sosial media, bisa sering datang ke rumah/kost, kita sudah harus waspada.

Pemahaman-pemahaman kitab suci yang letter lijk dan dangkal seperti tiba-tiba memutuskan tidak mau ikut upacara bendera karena dianggap syirik juga merupakan satu tanda keras.

Pencegahan sebaiknya harus dari orang-orang yang paling dekat, yang biasanya dipercaya bukan dari orang lain.

Kalaupun orang terdekat tidak begitu memahami pemikiran-pemikiran religius, sebaiknya bertanya para ahli yang membawa pesan damai, baru bicara dengan calon korban.

Jadi tetap orang terdekatlah yang selalu berada disampingnya dan menumpahkan segala ceritanya.

Jadikan keluarga dan teman-teman dekat tempat perlindungan paling aman bagi calon korban (safe haven). Jangan biarkan orang baru tidak jelas asal dan lingkungannya jadi tempat berkeluh kesah.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau