Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Apakah Benar Musik Meningkatkan Kemampuan Membaca pada Anak?

Kompas.com - 28/08/2018, 10:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Anak-anak ini mampu membedakan kata-kata lebih detail. Peneliti menyimpulkan bahwa pelajaran musik dapat meningkatkan kemampuan otak khususnya bagian perkembangan bahasa.

Namun demikian tentu saja penelitian ini memiliki batasan-batasan. Misalnya penelitian hanya
dilakukan di China, alat musik yang dikenalkan juga hanya piano. Belum ada bukti bahwa tambahan pelajaran musik berpengaruh secara langsung pada peningkatan IQ atau rentang perhatian anak.

Tapi apakah pelajaran musik secara umum memiliki manfaat? Tentu saja manfaatnya sangat besar khususnya membantu anak lebih konsentrasi dalam belajar dan meningkatkan kepekaan anak mengenal huruf.

Meski memiliki batasan, seperti setiap penelitian lain,  hasil riset ini menarik mengenai betapa pentingnya pengenalan musik pada anak.

Tentu alat musik tidak hanya piano. Nada, melodi dan irama bahkan bisa dikenalkan tanpa alat musik sama sekali. Misalnya hanya dengan suara dari mulut. Seperti acapella atau lantunan ayat suci.

Untuk yang terakhir ini saya sendiri sering mempraktekkan pada anak saya berusia 8 bulan. Ketika sedang mendengar lantunan ayat suci, secara langsung maupun hanya lewat speaker kecil di rumah, anak menjadi lebih tenang dan tidak mudah rewel.

Hal yang sama juga terjadi kalau diperdengarkan musik klasik atau musik instrumental. Mungkin karena semuanya memiliki melodi, irama, dan tempo yang mirip.

Saya juga menunggu akademisi di Indonesia melakukan penelitian lanjutan, khususnya yang
berminat turut memajukan pendidikan.

Ada seorang yang menanyakan langsung kenapa saya banyak mengutip penelitian dari barat. Alasannya simpel saja, saya kesulitan menemukan laporan-laporan penelitian yang terbit di jurnal internasional dan mudah diakses di internet dari para akademisi Indonesia.

Kalau Anda bersedia share hasil karya peneliti Indonesia, khususnya berhubungan dengan psikologi, dengan senang hati saya akan mempelajarinya.

 

Sumber :
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0160289610000267

http://www.brainvolts.northwestern.edu/

http://www.pnas.org/content/115/28/E6630.short

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com