Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahlawan Ini Gendong Buku Menjaga Nasionalisme di Tapal Batas NKRI

Kompas.com - 10/11/2018, 07:20 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Saat musim tanam dan panen tiba, warga Desa Sajau Hilir, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) pergi meninggalkan perkampungan. Orangtua, anak muda dan anak sekolah menghabiskan waktu mengolah ladang dan sawah.

Bagi Yosep (39 tanun), musim tanam dan panen juga pertanda baginya pergi meninggalkan perkampungan. Bukan untuk mengolah tanah tapi untuk membawa buku-buku bacaan. 

TBM (Taman Baca Masyarakat) Gendong. Begitu orang desa menamai aktivitas Yosep. Disebut begitu, karena Yosep membawa buku dengan cara mengendong.

Ia memanfaatkan anjat. Dalam istilah Dayak, anjat merupakan keranjang dari bambu. Biasa digunakan untuk membawa barang-barang.

Sudah 4 tahun Yosep melakoni peran TBM Gendong. Ia adalah guru honor di SDN 005 Tanjung Palas Timur. Sekolah ini terletak dibalik rimbunan perkembunan sawit, sawah dan ladang.

Dibutuhkan tiga jam melalui jalan meliuk dari Tanjung Selor, Ibu Kota Kaltara agar bisa tiba di Sajau Hilir. Kebanyakan siswa SD ini, merupakan anak pekerja kebun sawit dan mantan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) asal Malaysia.

Bantu mantan TKI membaca

Yosep mengatakan, banyak mantan TKI yang kembali ke Sajau Hilir tidak bisa membaca. Sebuah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada desa, mencoba membantu mantan TKI agar bisa membaca.

PKBM ini bernama Pelita Ilmu yang dipimpin Ludiah Lingling. Yosep juga ikut bergiat di PKBM Pelita Ilmu ini.

Baca juga: Literasi Pancasila dan Islam Kebangsaan

Melalui program paket belajar, mantan TKI diajar dan didik membaca. Mereka juga mengikuti ujian kesetaraan sehingga memiliki ijazah.

Setelah bisa membaca, minat mantan TKI membaca meningkat. ”Masyarakat sering datang ke PKBM membaca buku, sambil menunggu anak mereka pulang sekolah,” tambah Yosep.

Gendong buku ke ladang

Akan tetapi jumlah pengunjung PKBM turun dratis ketika musim panen dan tanam tiba. Warga berbondong-bondong meninggalkan perkampungan untuk bekerja di ladang dan sawah. Mereka biasanya bergantian bergotong-royong dari satu ladang ke ladang lain.

“Dari situ kami terpikir untuk membawakan buku saat mereka di ladang atau di sawah,” ungkap Yosep.

Ide membawa buku ke ladang dan sawah, merupakan awal lahirnya TBM Gendong.

Penggunaan istilah gendong sendiri, terinspirasi dari ibu-ibu penjual jamu gendong. Ibu-ibu itu membawa jamu dalam bakul yang digendong keluar masuk desa.

Karena di Kalimantan banyak anjat, maka Yosep terpikir menggunakan keranjang itu untuk mengangkut buku. Anjat yang digunakan Yosep merupakan pemberian mertuanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com