Mengenal 3 Besar Calon Rektor UI, Ikuti Profilnya

Kompas.com - 20/09/2019, 17:14 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Dia mengatakan bahwa UI memiliki peran besar karena merupakan universitas terbaik di Indonesia dan menjadi guru bangsa. Dia pun menuturkan akan menjadikan UI sebagai universitas yang mandiri dan otonom serta mampu menyelesaikan berbagai masalah.

UI juga diharapkan bisa menjadi agen reformasi dan riset serta harus adaptif dan tanggap karena dunia yang semakin maju ini.

Dia pun menyebutkan bahwa programnya itu untuk menjadikan UI sebagai universitas unggulan serta harus menjadikan dan menghasilkan lulusan-lulusan yang unggul sehingga bisa menghadapi berbagai masalah bangsa.

2. Prof Ari Kuncoro SE, MA, PhD

Calon yang kedua ini lahir pada tahun 1962 dan meraih gelar sarjana di FEB UI dengan konsentrasi Ekonomi Moneter, Master of Arts dari Univerity of Minessota, dan PhD dalam bidang Ilmu Ekonomi dari Brown University.

Dia adalah Guru Besar dalam bidang Ilmu Ekonomi di FEB UI dengan Google H-Index 14 dan menempati posisi pertama di Indonesia untuk sitasi karya ilmiah berdasarkan RePEC.

Prof Ari mengawali kariernya di LPEM FEB UI sebagai asisten peneliti dan terus berlanjut sampai dia menjadi Wakil Dekan FEB UI, kemudian menjadi Dekan FEB UI hingga saat ini.

Dalam karier akademisnya, dia pun memiliki kegiatan lain, seperti membangun kerja sama penelitian dengan Brown University, National Bureau of Economic Research (NBER), dan National Science Fondation (NSF) di Amerika Serikat.

Sejumlah penelitiannya juga telah dipublikasikan dalam jurnal yang memiliki reputasi internasional.

Di luar FEB UI, sampai saat ini dia pun aktif dalam kegiatan lain, misalnya menjadi anggota East Asian Economist Association serta profesor tamu di Brown University dan Australian National University.

Pada pemilihan rektor UI periode 2019-2014, Prof Ari mengusung visi yaitu “Menuju Universitas Indonesia yang inovatif, mandiri, unggul, inklusif, dan bermartabat”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, dia menyebutkan sejumlah program yang salah satunya difokuskan pada team work.

Menurut pendapatnya, pelemahan rupiah dan penurunan ekspor yang terjadi sekarang karena sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang tidak guyub secara internasional.

Dia pun memiliki program yang ditujukan kepada mahasiswa, yaitu membuat pendidikan berbasis kolaborasi.

“Selama ini yang dihasilkan adalah individualis, dengan IPK tinggi, lalu kalau jadi team work payah,” ujar Prof Ari.

Menurut dia, team work itu sangat penting karena kita tidak akan bisa pintar sendirian. Maka dari itu, dia merencanakan program paper kelompok, proyek kelompok, dan lain-lain.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau