Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

100 Hari Nadiem Makarim: Kampus Merdeka, Upaya Melepas "Kacamata Kuda" Mahasiswa

Kompas.com - 30/01/2020, 10:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini salah satunya disebabkan oleh mobilitas keilmuan yang terbatas, di mana kapasitas penalaran tidak berkembang karena kurangnya wawasan tentang pengetahuan lain di luar bidang ilmu yang ditekuni.

Padahal semakin banyak wawasan pengetahuan tentang bidang ilmu lain, akan semakin mudah pula mahasiswa menguasai dan mengembangkan bidang ilmu yang ditekuni.

Membuka "kacamata kuda"

Mobilitas keilmuan yang terbatas juga menjadi sebab tidak dimilikinya keterbukaan berpikir. Mahasiswa yang kurang terekspos akan bidang ilmu lain cenderung melihat masalah dengan kacamata kuda, sehingga timbul keyakinan bahwa beberapa bidang ilmu terkesan tidak memberi kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan.

Bidang ilmu sastra, misalnya, seringkali disepelekan karena dianggap hanya mempelajari bahasa baru. Namun, bila ditelisik lebih dalam, sastra akan sangat bermanfaat untuk memahami sejarah, sosiologi, dan politik suatu bangsa.

Seorang mahasiswa tidak akan mampu memahami sejarah perbudakan dan perang sipil di Amerika secara intens apabila tidak membaca kegetiran pengalaman hidup manusia yang tergambar pada karya-karya sastra periode tersebut.

Pengalaman pengembaraan secara intelektual lintas prodi semacam ini tentunya akan memerdekakan dan mengembangkan kapasitas critical thinking dan problem solving bagi mahasiswa karena memberikan pengalaman memahami sebuah masalah dari beragam sudut pandang.

Jangan sekadar fungsi administratif

Prof. Sri Minda Murni, Guru Besar Universitas Negeri Medan dan Koordinator Pengembangan LPTK Tanoto FoundationDOK. TANOTO FOUNDATION Prof. Sri Minda Murni, Guru Besar Universitas Negeri Medan dan Koordinator Pengembangan LPTK Tanoto Foundation
Tentu saja perlu rancangan dan sistem kendali yang intensif untuk merealisasikan kebijakan ini, terutama dari segi seleksi sumber daya manusia yang ketat.

Dosen pembimbing yang dipilih selayaknya adalah mereka yang sudah memiliki pengalaman dan merasakan manfaat dari pengembaraan luar kampus dan lintas prodi yang cukup.

Diharapkan mereka mampu menjadi pemandu yang efektif bagi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Tidak hanya sekedar menorehkan nama dan tanda tangan dalam dokumen administratif.

Penulis: Prof. Sri Minda Murni, Guru Besar Universitas Negeri Medan dan Koordinator Pengembangan LPTK Tanoto Foundation

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau