Orangtua, Berikut 5 Kunci Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 08/02/2020, 10:35 WIB
Albertus Adit,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam sebuah keluarga rasanya tak lengkap jika memiliki seorang anak. Namun apa jadinya seiring berjalannya waktu, sang anak ternyata tumbuh tidak optimal seperti anak-anak lain.

Tidak tumbuh optimal itu contohnya anak menyandang autisme. Atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Tentu, orangtua harus siap dan menerimanya dengan lapang dada.

Namun sering kali, orangtua merasa stres, khawatir dan lelah menghadapi anak tersebut. Perasaan ini wajar karena banyak lika-liku ketika mendidik ABK.

Jika Anda salah satu orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, jangan lelah dan bersedih hati. Karena anak tersebut masih bisa tumbuh optimal.

Baca juga: Orangtua, Tumbuhkan Minat Baca Anak dengan 6 Cara Ini

Bagaimana caranya? Salah satu cara pendekatan yang berguna untuk diterapkan dalam mendidik dan membesarkan ABK adalah dengan menerapkan psikologi positif.

Ini merupakan pandangan bahwa seseorang dapat menjadi yang terbaik versi dirinya sendiri dan bagaimana seseorang dapat menjalani hidup dengan bahagia dan optimis, bagaimanapun kondisinya.

Adapun psikologi positif sangat berguna diterapkan oleh siapa aja, termasuk bagi orangtua yang membesarkan ABK agar meningkatkan rasa syukur bangkit kembali.

Dirangkum dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut 5 kunci yang dapat dilakukan orangtua dalam mendidik ABK:

1. Anak diperlakukan sebagai manusia utuh

Hal pertama yang harus ditanamkan pada pola pikir orangtua agar tetap bahagia ialah mengakui, menerima, dan mengizinkan kondisi anak sebagaimana layaknya manusia yang harus diperlakukan dengan baik.

Kita mengetahui bahwa setiap manusia/anak memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing. Namun jangan jadikan keunikan dan kekurangan itu sebagai sesuatu yang menghalangi anak untuk belajar tentang aturan, norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Bagi orangtua, agar selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada ABK tetapi ingatlah kapasitas dirinya dalam menjalankan apa yang sudah diajarkan.

2. Pendidikan sesuai kebutuhannya

Ketika anak sudah tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah umum, sebaiknya orangtua tidak langsung menyerah begitu saja. Namun orangtua harus mencari alternatif pendidikan lain yang cocok dengan kondisi dan kebutuhan sang anak.

Bisa ke sekolah inklusi, sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus dan sebagainya. Sebelum menentukan tempat pendidikan yang tepat untuk anak, sebaiknya konsultasikan dulu dengan psikolog agar lebih mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.

Baca juga: 3 Peran Orangtua Didik Anak di Era Zaman Now

Bagaimanapun juga, ABK harus tetap mendapatkan pendidikan demi menyalurkan potensi dan menggapai masa depannya. Ini karena semua anak berhak untuk berguna bagi bangsa dan negara meskipun di lingkup yang berbeda-beda.

3. Optimis anak mampu

Pastinya, sebagian orangtua berpikir kalau ABK tidak bisa apa-apa atau tidak bisa berprestasi. Anggapan ini kurang tepat karena kondisi anak jika diberikan kesempatan untuk tumbuh, ia akan sukses pada waktunya.

Hal ini bisa dicontohkan dnegan banyak tokoh dunia yang berkebutuhan khusus. Seperti Stephen Hawking seorang ilmuwan fisika, Satoshi Tajiri si pencipta Pokemon, Matt Savage seorang musisi jazz proefesional dan masih banyak lagi.

Karena itu, bukan tidak mungkin bahwa ABK bisa berprestasi. Jadi orangtua harus memberikan fasilitas sesuai minat, bakat, dan kreativitasnya. Bisa pula diajarkan untuk membatik atau membuat suatu kerajinan tangan.

Anda harus yakin, mereka bisa menunjukkan kepercayaan yang positif jika Anda juga menunjukkannya di depan anak. Secara tidak langsung mereka akan ikut merasa positif.

4. Selalu bersyukur

Ada satu teknik untuk meningkatkan emosi positif dalam diri. Caranya ialah dengan menulis hal-hal yang orangtua syukuri di dalam hidup. Beberapa penelitian dijelaskan, dengan menulis daftar rasa syukur orangtua dapat mengalihkan segala sesuatu yang negatif menjadi positif.

Orangtua juga lebih merasa perhatian terhadap sekitar, optimis, energik, dan lebih dekat dengan anak. Akhirnya orangtua cenderung merasa bahagia.

Baca juga: 4 Manfaat Orangtua Dampingi Anak Belajar, Yakni...

5. Coba untuk santai sejenak

Memang benar dalam mendidik dan membesarkan ABK, orangtua butuh tenaga lebih besar dibanding anak-anak pada umumnya. Karena itu, agar stres, emosi negatif, dan amarah yang muncul tidak memperburuh keadaan, maka bisa melakukan santai sejenak.

Caranya ialah dengan memposisikan tubuh senyaman mungkin, mengambil napas dalam-dalam selama 3 detik dan dibuang perlahan lewat mulut. Ini bisa dilakukan 3-4 kali hingga merasa lebih tenang.

Ketika Anda melakukan cara ini, diharapkan mampu mengurangi semua emosi negatif serta memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk berpikir jernih kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau