"Guru yang keras akan ditinggalkan siswanya, guru yang tegas akan dirindukan oleh siswanya," kata Munif.
Guru yang keras digambarkan dengan guru yang "galak", gemar berteriak, dan senang mengomel tanpa mau tahu apa kesulitan yang dialami oleh siswa. Namun, guru tegas akan memberikan sanksi sesuai dengan bukti dan kapasitas siswa. Termasuk memberikan penghargaan atas prestasi yang didapat oleh siswa.
Guru perlu memiliki pemahaman bahwa setiap anak terlahir pintar, hanya saja bidang yang dikuasai anak bisa berbeda. Ada anak yang senang matematika, bahasa, atau fisika.
Karena itu, guru harus menganggap semua siswanya adalah bintang atau juara. Jika hal ini dilakukan, maka siswa akan mempunyai rasa percaya diri bahwa mereka mampu belajar.
Baca juga: Kata Nadiem Makarim Seputar Dana BOS untuk Gaji Guru Honorer
Walau kelebihan siswa sekecil debu, guru sebagai sosok pengajar perlu fokus untuk menggali kelebihan itu agar siswa tumbuh menjadi pribadi yang mudah berprestasi dan bukannya rendah diri.
"Pandang anak dengan label-label positif, jangan lihat nakalnya, jangan lihat nilai jeleknya. Fokus pada kelebihannya," ujar Munif.
Dengan begitu, anak akan termotivasi untuk terus memperbaiki diri dan tidak termakan "sugesti" bahwa ia tidak bisa atau tidak pintar.
Saat guru menganggap siswa adalah bintang, maka otomatis guru akan memandang kemampuan siswanya seluas samudera, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Dengan begitu, siswa memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya sehingga lebih mudah berprestasi. Guru pun menjadi pendidik yang akan melahirkan siswa-siswa berprestasi dari beragam bidang.
Sudah saatnya guru ucapkan selamat tinggal untuk kecerdasan tunggal, nilai anak-anak tidak hanya berdasarkan angka atau "kasta", melainkan dilihat dari banyak hal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.