Susur Sungai yang Aman untuk Anak Sekolah Lebih Baik di Pinggir Sungai

Kompas.com - 23/02/2020, 10:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Instruktur arung jeram profesional sekaligus pengurus Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI), Jhon Lede mengatakan kegiatan susur sungai yang diselenggarakan oleh sekolah sebaiknya tak dilakukan di tengah aliran sungai.

Menyusuri sungai di tengah aliran sungai seperti yang dilakukan dalam kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi Yogyakarta adalah hal yang sangat berbahaya.

"Kalau mau aman susur di pinggiran sungai saja, di sisi kiri atau sisi kanan sungai. Jangan masuk ke aliran sungai, sangat berbahaya," kata Jhon saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Siswa SMPN 1 Turi Hanyut, Sekolah Mesti Punya Pengetahuan Manajemen Perjalanan dan Risiko

Menurutnya, menyusuri aliran sungai di bagian tengah memiliki bahaya yang bisa menimbulkan kecelakaan fatal. Jhon menyebutkan ada potensi bahaya banjir bandang hingga mengalami kecelakaan fisik.

"Selain banjir bandang, licinnya batu di sungai dapat membuat kita gampang jatuh dan yang berbahaya bila kepala yang kebentur. Selain itu ada bagian dari aliran sungai yang deras juga ada potensi kita terseret," tambah Jhon.

Karakteristik batu-batu di sungai rata-rata licin. Ada bagian sungai seperti undercut yang akan menyulitkan untuk keluar bila terseret arus sungai ke bagian tersebut.

"Sebaiknya susur sungainya di pinggir sungai saja tanpa perlu menceburkan diri ke sungai karena risiko yang sangat besar bila kita turun ke air karena tanpa pelampung berenang di sungai yang berarus deras sangat susah," tambahnya.

Kesalahan Fatal Susur Sungai SMPN 1 Turi

Jhon menilai kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi yaitu susur sungai adalah kegiatan yang sangat fatal. Hal itu berdasarkan penilaian kesiapan kegiatan hingga skenario keadaan darurat yang buruk.

"Pertama, anak usia antara 12 sampai dengna 14 tahun dengan jumlah yang banyak (255 orang) untuk kegiatan susur sungai tanpa didampingi tim penyelamat dan tanpa menggunakan pelampung adalah kesalahan fatal," ujarnya.

Baca juga: Mendikbud Nadiem Segera Lakukan Investigasi Lapangan Musibah Susur Sungai SMPN 1 Turi

Kesalahan kedua, kegiatan susur sungai tersebut dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.00. Menurut Jhon, waktu tersebut merupakan waktu air sungai naik karena hujan di musim penghujan turun mulai pukul 13.00.

"Kembali di poin pertama harusnya panitia Pramuka SMP tersebut menggandeng tenaga profesional yang biasa (bergiat) di arung jeram buat dampingi dan sebagai instruktur," tambahnya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau