Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Unair Beberkan Sejarah Virus Corona, Kelelawar Penyebabnya?

Kompas.com - 05/03/2020, 09:49 WIB
Albertus Adit

Penulis

  • HCoV-229E (alpha coronavirus)
  • HCoV-NL63 (alpha coronavirus)
  • HCoV-OC43 (beta coronavirus)
  • HCoV-HKU1 (beta coronavirus)

3 virus corona yang menginfeksi hewan merupakan genus beta pasca berevolusi dalam bentuk baru, yakni:

"Secara struktur, ketiga virus corona jenis baru itu, memiliki persamaan dari segi struktur maupun morfologi. Tetapi berbeda secara genetik dan host. Selain itu, karena mampu menginfeksi manusia, maka virus ini dikategorikan sebagai zoonosis," kata Prof. Soewarno.

Tak hanya itu saja, virus corona juga mempunyai sejumlah karakteristik. Yakni, bersifat Single-stranded RNA sehingga mudah untuk mengalami mutasi.

Selanjutnya, terdapat empat macam protein yang berperan penting di dalamnya, antara lain:

  • protein spike
  • protein matrix
  • protein envelope
  • nucleoprotein

Dari keempatnya, protein spike merupakan jenis yang paling sering melakukan mutasi karena memiliki peran sebagai reseptor yang menempel di host.

"Dulunya, virus corona ini tergolong host-spesific. Artinya, hanya bisa menginfeksi antar binatang atau antar manusia saja. Tetapi dengan adanya proses mutasi, memungkinkan untuk menginfeksi makhluk hidup lain. Selain itu, corona juga bisa mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh lingkungan, host, waktu, serta perubahan sifat RNA-nya," jelasnya.

Baca juga: Agar Terhindar Virus Corona, Perhatikan 6 Hal Ini dari Akademisi

Penyebaran novel corona virus

Dari sejumlah pemberitaan yang beredar, penyebaran 2019-nCoV, diduga memiliki keterkaitan dengan aktivitas sejumlah masyarakat dalam mengonsumsi satwa liar seperti tikus, kelelawar, curut, karnivora, dan primata.

Meskipun masih terdapat polemik mengenai perihal penyebab pasti dari 2019-nCoV, baik pakar maupun otoritas kesehatan terus bergerak untuk melakukan penelitian lanjutan maupun penanganan terkait virus ini.

"Berbeda dengan virus corona yang beredar sebelumnya, dimana SARS-Cov berasal dari kelelawar, sementara MERS-Cov ditularkan oleh unta. Sejauh ini, diperoleh kesimpulan apabila 2019-ncov, mengalami mutasi pada kelelawar, lalu berlanjut ke ular, dan berakhir masuk ke manusia. Karena itu, masyarakat disarankan untuk menghindari konsumsi satwa liar," ujar Prof. Soewarno

Dia mencontohkan pada hewan kelelawar. Menurutnya, terdapat tiga jenis kelelawar, yakni kelelawar pemakan serangga, kelelawar penghisap darah, dan kelelawar pemakan buah.

Ketiga jenis kelelawar tersebut sama-sama bertindak sebagai vektor virus atau perantara penyakit sehingga tak disarankan untuk dikonsumsi manusia.

"Selain itu, kelelawar juga dapat membawa virus dari beberapa jenis, seperti halnya lyssavirus, coronavirus, adenivirus, dan paramyxovirus, yang ditularkan melalui gigitan atau air liur. Jika hal itu terjadi, maka akan berbahaya bagi manusia," katanya.

Upaya pencegahan

Tak hanya menyebar melalui satwa liar, 2019-nCoV juga menginfeksi antar manusia melalui batuk maupun bersin. Oleh karena itu, masyarakat diimbau ikut mencegah penyebaran virus, antara lain dengan:

  • Menjaga imunitas
  • Menjaga lingkungan
  • Menggunakan masker saat berada di ruang terbuka
  • Mengolah makanan dengan tepat
  • Jangan konsumsi satwa liar
  • Segera ke dokter apabila mengalami gejala seperti sakit tenggorokan, flu, batuk, demam, atau sesak nafas.

Agar tak tertular, maka masyarakat harus:

  • Menghindari kontak jarak dekat dengan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
  • Menggunakan alat pelindung diri (APD)
  • Sering mencuci tangan setelah melakukan kontak bersama lingkungan orang sakit
  • Mengingatkan mengenai etika batuk kepada pasien ISPA
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com