Oleh: Candra Gautama | Penerbit KPG
KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah membawa ekor masalah ketahanan pangan di seluruh negeri. Tak terkecuali Indonesia. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk menanganinya.
Laporan media massa, negara eksportir beras seperti Vietnam, Thailand, dan India mulai membatasi pengiriman ke Indonesia. Sementara, produksi beras pada April-Juni 2020 mencapai 11 juta ton.
Stok beras diperkirakan hanya aman sampai Juli 2020.
Ironisnya, proporsi gandum sebagai pangan pokok di Indonesia melonjak dari 21 persen pada 2015 menjadi 25,4 persen pada 2017. Total impor gandum Indonesia pada 2017 mencapai 11,6 juta ton.
Mau tidak mau, pemerintah dituntut untuk membuat strategi jitu guna memenuhi kebutuhan pangan 267 juta penduduk Indonesia.
Urusan pangan sangat penting, karena ia merupakan kebutuhan paling asasi yang menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan manusia. Dalam jangka panjang, kekurangan pangan dan nutrisi akan melahirkan generasi yang lemah, kurang cerdas, dan tidak produktif.
Baca juga: Gen: Memanfaatkan Pengetahuan, Menyelamatkan Nyawa
Kasus gizi buruk di Asmat, Papua, yang menewaskan 71 anak pada awal 2018 harus diwaspadai sebagai alarm adanya masalah pangan di Indonesia.
Apalagi, penyediaan pangan ke depan, terutama beras, senantiasa menghadapi tantangan perubahan iklim yang dampaknya makin dirasakan petani.
Penyeragaman pangan juga memicu kerentanan pangan, merusak kedaulatan tubuh, menghancurkan daya hidup dan budaya lokal, serta merusak ekologi Indonesia sendiri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.