Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/06/2020, 15:16 WIB

Demikian sejumlah kesimpulan penting dalam webinar yang membahas buku Sorgum: Benih Leluhur untuk Masa Depan, yang diterbitkan oleh KPG dan Yayasan Kehati (22/5/2020).
Indonesia sendiri memiliki potensi 5.529 jenis tanaman pangan.

Namun, hanya 100 sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 sayuran, dan 400 buah-buahan yang dimanfaatkan. Salah satunya sorgum, sumber karbohidrat yang kaya gizi, yang memiliki jejak kultural dan sejarah panjang di Nusantara.

Muasal beras jadi primadona

Emil Salim, Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup 1983-1993, yang bertidak sebagai keynote speaker, menceritakan, beras menjadi primadona pangan pokok orang Indonesia bermula dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada paruh terakhir 1960-an.

Selain uang, pegawai negeri digaji dengan beras.

Hingga sekarang beras tetap menjadi primadona. Pada masa jayanya, 1960-1980-an, didukung Revolusi Hijau, yakni pemakaian teknologi budidaya pertanian. Perubahan fundamental ini telah menjadikan Indonesia berswasembada pangan tahun 1984.

Apa yang terjadi dengan Indonesia sejak 1960-an itu berbeda dengan sebelumnya. Catatan Ahmad Arif, penulis buku, pemenuhan pangan pokok beras pada 1954 baru mencapai 53,5 persen.

Sisanya dipenuhi dengan ubi kayu (22,26 persen), jagung (18,9 persen), dan kentang (4,99 persen).

Baca juga: Hardiknas, Pandemi Corona, dan Belajar dari Pendidikan Finlandia

Setelah 33 tahun, 1987, pola konsumsi pangan pokok bergeser luar biasa. Beras mencapai 81,1 persen, ubi kayu 10,02 persen, dan jagung 7,82 persen. Tahun 2010, beras sebagai pangan pokok mulai ditinggalkan dan beralih ke gandum.

Jalan keluar

Strategi pemenuhan pangan sudah saatnya kembali berbasis pada keberagaman ekologi dan budaya Nusantara.

”Sorgum bisa membantu menjawab kebutuhan pangan masa depan. Ini tidak berarti seluruh orang Indonesia mesti makan sorgum. Silakan tiap daerah menggerakan sendiri postensi pangan lokalnya,” ujar Rony Megawanto, Direktur Program Yayasan Kehati, sebagai pembahas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+