Selama wabah Covid-19 terjadi, tentunya manusia seperti berada di dalam "sangkar". Hal ini akan memunculkan reaksi emosional yang dinamakan cabin fever syndrome.
Baca juga: Kisah Hidup Sederhana Anak Penjaga Hutan, Kini Kuliah S3 di Jepang
Yaitu reaksi emosi yang muncul akibat terlalu lama menjalani isolasi atau karantina di dalam rumah atau satu tempat dalam waktu yang lama.
Ada 15 gejala yang muncul dalam reaksi ini yaitu merasa gelisah, mudah tersinggung, motivasi turun, jenuh berkepanjangan, sulit konsentrasi, suasana hati tidak jelas, tidak sabaran, merasa letih, tidak percaya kepada orang lain, dan perubahan pola tidur.
Maka dari itu, new normal menjadi kesempatan untuk memperbaiki psikologi seseorang akibat karantina yang terlampau lama.
"Dibukanya kawasan wisata di era new normal dapat menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk menyembuhkan diri sendiri dengan pergi menuju kawasan konservasi alam dan menikmati lingkungan sekitarnya," ujar Dr. Hikmat.
Secara filosofis, healing forest menjelaskan bagaimana menghubungkan manusia dengan alam. Karena itu, kawasan alam terutama hutan memiliki aspek ekologi yang beragam begitupun manusia juga merupakan makhluk ekologis yang selalu membutuhkan apapun yang alam butuhkan.
Secara terminologi, fungsi daripada healing forest pada psikologi manusia dapat didefinisikan dengan baik secara praktikal dengan menghubungkan manusia dengan alam melalui panca indranya.
Spot healing forest adalah tempat di kawasan hutan yang memiliki jasa kesehatan. Tentu hal tersebut diidentifikasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 Tahun 2019 dengan data spasial.
Data spasial itu meliputi temperatur, kelembapan relatif, intensitas cahaya, kemiringan (10-15 persen), tutupan lahan, kesunyian, dan kecepatan angin.
Data ini dapat diperoleh berdasarkan proses mapping dengan data SRTM (Demnas) maupun scanning langsung menggunakan perangkat terbang (drone).
"Wisata dengan tujuan healing hanya dilakukan di spot-spot yang memiliki healing services, pengutamaannya adalah menghubungkan diri dengan alam, serta menimbulkan rasa labih nyaman setelah mengunjungi tempat tersebut," katanya.
Baca juga: ITB Siap Wujudkan Eco-campus, Kampus Hijau Ramah Lingkungan
"Tentunya berbeda dengan wisata pada umumnya yang bergerombol, wisata healing dilakukan secara mandiri," jelas Dr. Hikmat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.