BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Binus

Lulusan Business Analytics Makin Dilirik, Perguruan Tinggi Jawab Kebutuhan Industri

Kompas.com - 10/12/2020, 09:04 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan teknologi digital mendorong kemunculan era industri 4.0. Era ini ditandai dengan transformasi digital yang diterapkan perusahaan atau pelaku industri.

Industri 4.0 juga mendorong pertumbuhan perusahaan berbasis teknologi di dunia, termasuk Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari maraknya perusahaan start-up, financial technology (fintech), dan e-commerce di Indonesia.

Khusus start-up berbasis teknologi informasi, jumlahnya di Indonesia mencapai 2.194, sebagaimana dilansir dari startupranking.com, Kamis (19/11/2020). Jumlah sebanyak itu menempatkan Indonesia di posisi kelima dunia. Indonesia hanya kalah dari Amerika Serikat, India, Britania Raya, dan Kanada.

Head of Business Analytics Program & Dean School of Information Systems Bina Nusantara (Binus) University Dr Yohanes Kurniawan mengatakan, perkembangan industri 4.0 akhirnya turut memunculkan big data karena volume data yang tersedia semakin besar.

Baca juga: Binus University Kukuhkan Idris Gautama So Jadi Guru Besar

Big data mengalir sangat cepat dan real time. Bentuk atau format data tersebut juga beragam, baik terstruktur maupun tidak terstruktur, tergantung pada banyaknya sumber data.

Yohanes mengatakan, umumnya setiap perusahaan memiliki big data bersifat publik dan privat. Ia menjelaskan, dari dua jenis ini, data publik merupakan yang paling mudah diakses semua orang.

"Misalnya, data sosial media dan data chatting yang jumlahnya semakin banyak,” kata Yohanes kepada Kompas.com saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (19/11/2020).

Data tersebut, kata dia, memiliki jenis yang bermacam-macam pula. Paling sederhana, data terkait produk yang banyak mendapatkan respons like atau suka, serta paling banyak ditonton atau dikomentari.

Baca juga: Binus Buka Program RPL bagi Pekerja, Lulus Kuliah Lebih Cepat!

Data-data ini dapat dihimpun, diolah, dan dianalisis menjadi sebuah informasi yang berguna untuk berbagai hal, contohnya pola perilaku masyarakat terhadap suatu produk.

Dengan informasi ini, perusahaan dapat menentukan strategi pemasaran yang efektif untuk menyasar konsumen.

“Tak heran sekarang ngetren iklan yang muncul secara otomatis (advertising automatic) di berbagai platform, seperti Instagram dan Youtube, sesuai dengan minat atau kebutuhan konsumen,” terangnya.

Peran business analyst

Meski begitu, menghimpun, mengelompokkan, dan mengolah big data menjadi sebuah informasi utuh bukan perkara mudah. Pasalnya, big data tidak bisa diolah dengan cara-cara konvensional atau manajemen basis data biasa.

Baca juga: Menuju 40 Tahun, Binus University Lakukan Hal-hal Ini

Pengolahan big data membutuhkan perangkat lunak atau software berupa big data analytic atau big data tools. Meski demikian, proses analisisnya tetap membutuhkan sumber daya manusia (SDM), salah satunya business analyst.

Tak heran talenta digital seperti business analyst banyak diperebutkan perusahaan saat ini, khususnya perusahaan digital, di era industri 4.0.

“Ke depannya, industri digital akan semakin membutuhkan tenaga kerja dengan kompetensi sebagai business analyst untuk mengolah data yang jumlahnya besar,” ujar Yohanes.

Seperti diketahui, business analyst berperan untuk menjembatani kesenjangan antara teknologi dan bisnis.

Baca juga: Binus Donasi Robot Cerdas Bantu Rumah Sakit Lawan Covid-19

Mereka bertugas untuk mengkaji laporan, menilai sejauh mana aspek teknologi yang diterapkan perusahaan, dan memberikan laporan kepada perusahaan.

Selain itu, business analyst juga terlibat dengan para pengambil kebijakan di tim bisnis dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk memahami efek yang ditimbulkan dari perubahan produk maupun layanan bagi perusahaan.

Meski demikian, bagi perusahaan digital, mencari karyawan yang mumpuni di bidang ini masih menjadi pekerjaan rumah.

“Sampai saat ini, masih ada kesenjangan (gap) kebutuhan SDM yang (mempunyai) kompetensi di business analyst. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di luar negeri,” ungkap Yohanes.

Baca juga: Transformasi Digital Makin Marak, Ini Hal yang Diperlukan Perusahaan

Maka tak heran, lanjut dia, lulusan program studi business analytics berpeluang besar diserap industri dengan penghasilan tinggi. Sebab, permintaan industri dan suplai dari perguruan tinggi tidak sebanding.

Mempersiapkan SDM

Merespons kebutuhan tersebut, Bina Nusantara (Binus) University menyelenggarakan program studi strata 1 (S1) Business Analytics.

Sebagai lembaga pendidikan, kata Yohanes, Binus University ikut mempersiapkan kebutuhan SDM dengan kompetensi business analytics di masa mendatang. Dengan begitu, Indonesia berdaya saing di era industri 4.0.

“Program studi ini berfokus menyiapkan SDM dengan kemampuan dasar (basic skill) menganalisis data untuk kepentingan bisnis,” papar Yohanes.

Baca juga: Yuk, Intip Keahlian yang Bakal Banyak Dibutuhkan di Era Industri 4.0

Adapun program ini dirancang untuk memberikan mahasiswa keterampilan digital yang kuat, mengajarkan teknik analisis data, dan visualisasi data.

Mahasiswa akan belajar cara menggunakan keterampilan business analytics untuk memecahkan masalah bisnis serta menerapkannya ke bidang-bidang tertentu dalam pemasaran, keuangan, dan ekonomi.

“Mahasiswa mempelajari bagaimana mendapatkan data, menyortir data dari data palsu, kemudian mengolahnya menjadi sebuah informasi untuk kebutuhan pengambilan keputusan bisnis,” jelasnya lagi.

Melalui metodologi pembelajaran terapan dan pendekatan langsung, kata dia, mahasiswa belajar menggunakan teknologi yang paling inovatif untuk menganalisis big data agar menciptakan nilai tambah bagi organisasi atau perusahaan.

Baca juga: Binus Salurkan Bantuan Dukung Tenaga Kesehatan Redam Wabah Corona

Mahasiswa akan mempelajari cara menggunakan machine learning untuk mengolah dan menganalisis data dari berbagai sumber, baik primer maupun sekunder.

Selain itu, terkait visualisasi data, mahasiswa juga mempelajari cara menampilkan hasil analisis data.

Dengan demikian, mereka memiliki kemampuan untuk menerapkan data analytics di lingkup lokal dan global pada tingkat individu, organisasi, dan sosial.

Untuk kurikulum, Program Studi Business Analytics Binus, imbuh Yohanes, menerapkan pendekatan case base (berbasis kasus) dan project base (berbasis proyek) yang relevan dengan peristiwa di industri.

Baca juga: Pasar Digital Kian Menjanjikan, Binus Malang Kini Fokus Ciptakan Entreprenuer Berbasis Digital

Salah satu contoh pendekatan case base yang diterapkan di kelas adalah studi kasus pada industri start-up fintech payment. Mahasiswa akan melihat perilaku customer ketika belanja, baik secara online maupun offline, dengan menggunakan fintech payment.

Dari situ, mahasiswa mampu menganalisis kecenderungan pola belanja konsumen, kemudian menarik kesimpulan untuk menentukan strategi bisnis tepat.

“Mereka nantinya benar-benar mengerjakan kasus-kasus nyata yang ada di industri dan proyek-proyek yang ada di industri sehingga pendekatannya pun team work atau kerja kelompok karena di industri pun semuanya dikerjakan secara tim,” tambahnya.

Untuk menjaga mutu pendidikan, Binus menyiapkan pengajar-pengajar yang merupakan praktisi atau ahli di bidang data analytics dari berbagai industri, seperti perbankan, start-up, dan fintech payment.

Baca juga: Masuki Era Industri 4.0, Binus Malang Ingin Ciptakan Entreprenuer Berbasis Teknologi Digital

Adapun selama masa pandemi, Binus University beradaptasi dengan menyiapkan multichannel learning untuk mendukung sistem belajar dan mengajar jarak jauh.

Multichannel learning tersebut berupa pembelajaran dari berbagai macam sumber, baik video base learning, video conference, maupun berbagai macam sarana interaksi, termasuk mempersiapkan virtual lab.

“Selama ini, (untuk mengakses) laboratorium, mahasiswanya harus ke kampus. Sekarang pakai virtual lab, semua software yang mereka butuhkan untuk mendukung proses pembelajaran bisa diakses dari rumah dan mana saja,” terangnya.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau