KOMPAS.com - Kesetaraan bagi penyandang disabilitas terus diupayakan oleh pemerintah. Misalnya kuota CPNS bagi penyandang disabilitas. Hingga fasilitas bagi penyandang disabilitas yang saat ini mudah ditemukan di perkantoran hingga tempat-tempat umum.
Meski sedikit kemungkinan mereka bisa bekerja di sektor formal, penyandang disabilitas biasanya memilih bekerja dengan mengasah keterampilan mereka dalam membuat kerajinan. Tetapi dalam masa pandemi Covid-19, hampir semua sektor mengalami penurunan pendapatan.
Untuk mendukung produk kerajinan dari penyandang disabilitas, perlu kerjasama banyak pihak. Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan dan Gender (PPKG) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Dr. Rina Herlina Haryanti mengatakan, perguruan tinggi harus benar-benar mengambil peran dalam penanganan masalah ini.
Khususnya UNS yang telah menambah indikator standar pendidikannya sebagai Kampus Inklusi.
Baca juga: Daya Tampung 67 Prodi UNS di SBMPTN 2021
Menurut Rina, peran tersebut dapat dihadirkan melalui pembuatan kajian masyarakat berikut edukasinya, pengabdian, serta produk inovatif yang mendukung aktivitas teman-teman difabel.
"Pengabdian masyarakat harus melihat sisi-sisi yang jarang terlihat. Kita bisa ikut meningkatkan keterampilan mereka, memberikan mereka pengetahuan, memperkenalkan alat-alat produksi. Jadi, ranah berbaginya di sini," kata Dr. Rina seperti dikutip dari laman uns.ac.id, Selasa (23/2/2021).
Dari hasil perbincangan Dr. Rina dengan teman-teman difabel, mereka menyampaikan selama ini tidak mempunyai tempat untuk memasarkan kerajinannya. Bahkan terkadang, hanya memproduksi dan berjualan di depan rumah.
Baca juga: Mahasiswa Dapat Rp 9 Juta Per Semester, Ini Cara Daftar KJMU 2021
"Nah, UNS bisa memberi tempat bagi sekelompok komunitas ini untuk bergerak. UNS dengan Prodi Pendidikan Khusus, Fakultas Teknik dengan berbagai inovasinya, Pusat Studi Disabilitas, sangat bisa berperan," ungkap Rina.
Dalam hal ini, mahasiswa pun dapat dilibatkan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), team based project dan metode pembelajaran lainnya mengingat program Kampus Merdeka yang telah diterapkan.
Baca juga: Cegah Kecelakaan Kerja, Mahasiswa UMM Ciptakan Sarung Tangan Safety
Misalkan saja bagi mahasiswa Administrasi Negara yang dapat belajar bagaimana kemudian kebijakan negara berperan dalam hal mainstreaming difabel dan community governance.
Tidak hanya teknis, mahasiswa juga belajar untuk lebih peduli dan peka dengan yang dialami masyarakat.
Selain itu dari sisi individu, Dr. Rina, kaum perempuan difabel harus meningkatkan informasi kesehatan, berinovasi, dan meningkatkan kreativitas sesuai kebutuhan di masa pandemi.
Hal ini sangat dibutuhkan peran komunitas sebagai tempat berjejaring dan tempat untuk mengembangkan diri.
Baca juga: Pola Hidup Sehat dengan Permainan Ular Tangga ala Mahasiswa UAD
"Komunitas itu punya link ke pemerintah, ke swasta yang melaksanakan CSR. Minimal mereka bisa akses dan tahu hak mereka, fasilitas apa yang didapatkan dari negara. Bukan berarti mengajarkan ‘meminta’ ya, tapi setidaknya penting untuk tahu haknya," beber Dr. Rina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.