Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Studi Ilmu Lingkungan Didorong Kuliah Lintas Negara

Kompas.com - 10/12/2021, 15:37 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Perubahan iklim, pemanasan global, kenaikan air laut dan isu lingkungan lainnya tengah menjadi fokus negara-negara di seluruh dunia.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Washington D.C., Popy Rufaidah mengatakan bahwa sumber daya manusia di bidang lingkungan semakin dibutuhkan.

“Untuk itu, pemerintah terus mendorong adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang lingkungan melalui beasiswa LPDP,” jelas Popy seperti dilansir dari laman Kemendikbud Ristek, Kamis (10/12/2021).

Direktur Fasilitas Riset dan rehabilitasi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Wisnu Sardjono Soenarso mengatakan pihaknya terus mendukung kerja sama dengan universitas di luar negeri baik bidang pendidikan maupun kerja sama riset.

Baca juga: Beasiswa OTS Kuliah S1-S2 ke Belanda 2022 Dibuka, Segera Daftar

“Salah satu upaya tersebut adalah melalui Pendanaan Riset Inovatif Produktif (Rispro) untuk kerja sama riset internasional. Setidaknya ada tiga yang sudah terlaksana, yakni dengan University of Melbourne, sejumlah perguruan tinggi di Inggris, dan mitra riset dari Massachusetts Institute of Technology Amerika Serikat, yang telah bekerja sama dengan IPB, UI, dan ITB,” terang Wisnu.

Merespons hal tersebut, Popy menyampaikan pihaknya juga konsisten mendukung Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Kemendikbud Ristek, salah satunya dengan menggelar Rangkaian Webinar Bincang Karya (Bianka) ke-20 yang bertema lingkungan hidup.

Kerja sama dengan universitas luar negeri

Dalam kesempatan tersebut, Paul H. Barber dari Departement of Ecology and Evolutionary Biology, University of California, Los Angeles (UCLA) memberi gambaran tentang program studi yang kampusnya tawarkan khususnya di bidang studi ilmu lingkungan, salah satu program yang menarik banyak minat mahasiswa internasional.

Baca juga: 5 Beasiswa S1-S3 dengan Uang Saku Terbesar, Salah Satunya dari Indonesia

Lebih jauh, dirinya juga menjelaskan berbagai fasilitas yang dikhususkan bagi mahasiswa internasional, salah satunya Deshew Center for International Students and Scholars yang memberikan pendampingan terkait dengan hal-hal akademik, logistik, kesehatan, dan lain sebagainya.

“Saya pikir salah satu tantangan terbesar bagi mahasiswa Indonesia di departemen saya, khususnya Ekologi dan Biologi Evolusi, adalah mahasiswa perlu mengembangkan semacam kontak dengan fakultas terlebih dahulu, sangat penting bagi calon mahasiswa untuk membangun hubungan dengan calon pembimbing,” tutur Paul.

Sementara itu, arah Marie Jordaan yang merupakan Assistant Professor of Development, Climate, and Sustainability dari School of Advanced International Studies, Johns Hopkins University mengatakan jika Johns Hopkins University sangat kompetitif dalam penerimaan mahasiswa internasional.

“Johns Hopkins University sangat mendukung diterapkannya integrasi antara teori dan praktik sehingga setiap sesi perkuliahan dapat mencapai tujuan pembelajaran,” terang Sarah.

Dirinya juga memperkenalkan program Development, Climate, and Sustainability (DCS) di kampusnya yang fokus pada isu-isu tentang pertumbuhan, penurunan kemiskinan, energi, lingkungan, dan perubahan iklim.

Ia juga mengungkapkan jika terdapat banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam riset-riset dan publikasi. Terkait dengan kerja sama riset, keduanya kompak mengatakan jika kesempatan itu terbuka lebar.

Baca juga: Kuliah S2 Gratis di 7 Universitas Jepang 2023, Tunjangan Rp 22 Juta Per Bulan

“Saya akan senang untuk berbicara lebih banyak dengan siapa saja yang tertarik untuk membangun koneksi yang lebih luas, kami juga memiliki pusat energi baru yang dijalankan oleh Fakultas Teknik. Jadi kami memiliki banyak hibah dan inisiatif-inisiatif baru di sana jika Anda tertarik pada bidang energi dan lingkungan, dalam hal keanekaragaman hayati,” tutur Sarah.

Popy, secara spesifik berharap jika universitas di Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan kedua universitas tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com