KOMPAS.com - Dipopulerkan pada tahun 1900-an oleh seorang psikolog asal Perancis bernama Alfred Binet, intelligence quotient (IQ) masih dijadikan ukuran kecerdasan dan potensi intelektual seseorang.
Namun, tes IQ nyatanya bukan ukuran mutlak kecerdasan seorang anak. Di samping, tinggi rendahnya IQ dapat dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari makanan hingga lingkungan.
Melansir laman Sekolah BPK Penabur, berikut beberapa fakta tentang tes IQ yang dapat mengubah pandangan orangtua akan nilai kecerdasan:
Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi
Hingga kini, tes IQ sering dianggap dan digunakan sebagai cara mendeteksi kecerdasan dan kesuksesan karier seseorang.
Padahal, pada awalnya tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya keterbelakangan mental. Dulu, skor tes IQ di bawah 70 dianggap sebagai keterbelakangan mental.
Tak semua jenis kecerdasan bisa diukur dengan tes IQ. Artinya, ini bukan ukuran mutlak untuk menilai kecerdasan seseorang.
Tes IQ hanya mengukur sebagai jenis kecerdasan dan tidak mengukur kecerdasan seperti kreativitas, artistik, kepemimpinan, keterampilan emosional dan sosial.
Seratus tahun yang lalu, tes IQ dihitung dengan cara membagi usia mental seseorang dengan umur sebenarnya. Hasilnya kemudian dikalikan 100 untuk mendapatkan skor akhir yang sebenarnya.
Baca juga: Orangtua, 5 Permainan Ini Dapat Mengasah Kemampuan Otak Anak
Cara ini dinilai menjadi kurang akurat bagi mereka yang telah memasuki usia dewasa.
Saat ini, perhitungan skor diperoleh dengan cara membandingkan kemampuan seseorang dengan kemampuan kelompok usia yang sama, yang lagi-lagi, belum tentu akurat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.