Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sejarah Perahu Pinisi dari Suku Bugis, Siswa Yuk Belajar

Kompas.com - 04/02/2022, 12:46 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Nenek moyangku seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudra. Menerjang ombak tiada takut. Menempuh badai sudah biasa.

Kamu pasti pernah mendengar penggalan lagu tersebut? Dikenal sebagai negara maritim, Indonesia punya sejarah panjang tentang budaya dan transportasi laut yang digunakan leluhur bangsa.

Tahukah kamu, salah satu suku yang terkenal dan akrab dengan lautan adalah suku Bugis.
Bugis merupakan suku yang terletak di wilayah selatan Pulau Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Bagi para siswa, yuk belajar mengenai suku Bugis dan perahu pinisi yang legendaris.

Merangkum dari laman Direktorat SMP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Jumat (4/2/2022), suku Bugis dikenal sebagai suku yang andal dan juga piawai mengarungi lautan hingga samudra di Nusantara maupun dunia.

Baca juga: Calon Mahasiswa, Simak Syarat, Cara Daftar dan Keunggulan KIP Kuliah

Ciri perahu pinisi

Masyarakat Bugis menaklukan lautan dengan modal sebuah perahu legendaris, yakni perahu pinisi. Perahu pinisi adalah perahu layar tradisional khas masyarakat Bugis.

Ciri khas dari perahu pinisi ialah memiliki dua tiang utama serta tujuh buah layar. Tiga layar berada di bagian depan, dua di bagian tengah, dan dua di bagian belakang. 

Dalam naskah Lontarak I Babad La Lagaligo, perahu pinisi sudah ada sejak abad ke-14 M. Pada naskah tersebut, diceritakan perahu ini pertama kali dibuat oleh putra mahkota Kerajaan Luwu yang bernama Sawerigading.

Sawerigading membuat perahu pinisi dari pohon welengreng (pohon dewata) yang dikenal cukup kuat dan kokoh. Perahu ini dibuat oleh Sawerigading untuk melakukan perjalanan menuju Tiongkok.

Baca juga: Aturan Kemendikbud Terkini, Ortu Boleh Pilih Anak Ikut PTM atau PJJ

 

Sejarah perahu pinisi

Ia berminat mempersunting seorang putri Tiongkok yang bernama We Cudai. Setelah sekian lama ia menikahi We Cudai dan menetap di Tiongkok, Sawerigading ingin pulang ke kampung halamannya.

Singkat cerita ia pun menaiki perahu buatannya untuk kembali ke Luwu. Namun, ketika berada di dekat Pantai Luwu perahu Sawerigading menghantam ombak hingga terpecah. Pecahan-pecahan perahu Sawerigading terdampar ke tiga tempat di wilayah Kabupaten Bulukumba, yaitu di Kelurahan Ara, Tana Beru, dan Lemo-lemo.

Pecahan-pecahan perahu ini kemudian disatukan lagi oleh masyarakat menjadi sebuah perahu megah yang dinamakan dengan Perahu Pinisi.

Baca juga: Yuk Intip 3 Universitas Negeri Terbaik di Korea Selatan

Tahapan membuat perahu pinisi

Ada tiga tahap dalam proses pembuatan perahu pinisi dengan cara tradisional yang dimiliki suku Bugis.

1. Penentuan hari baik dalam pencarian kayu fondasi. Kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan perahu bisa berasal dari empat jenis kayu, yaitu kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga, dan kayu jati.

2. Kayu yang digunakan, kemudian dipotong dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum akhirnya dirakit. Perakitannya dengan memasang lunas, papan, mendempulnya, dan memasang tiang layar.

Dalam proses perakitan terdapat hal yang unik, yaitu saat pemotongan lunas harus menghadap timur laut. Proses pemotongan kayu harus dilakukan dengan gergaji tanpa henti. Pemotongan kayu memerlukan tenaga seseorang yang cukup kuat. Proses perakitan ini juga memakan waktu hingga berbulan-bulan.

Baca juga: Pakar UM Surabaya: Guru Lakukan Kekerasan Bisa Ganggu Psikologi Siswa

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Tips Lancar Kuliah S2 dari Syafika, Wisudawan Terbaik Manajemen UGM

Tips Lancar Kuliah S2 dari Syafika, Wisudawan Terbaik Manajemen UGM

Edu
'Triple Bottom Line' dan 'Green Jobs' Jadi Landasan Penting Bisnis Berkelanjutan

"Triple Bottom Line" dan "Green Jobs" Jadi Landasan Penting Bisnis Berkelanjutan

Edukasi
Sekolah Bogor Raya Berpartisipasi di Ajang Festival 'This is Indonesia' New York

Sekolah Bogor Raya Berpartisipasi di Ajang Festival "This is Indonesia" New York

Edu
H-1 Ditutup, Simak Cara Daftar PPPK Kemenag 2024

H-1 Ditutup, Simak Cara Daftar PPPK Kemenag 2024

Edu
Materi Pendidikan Profesi Guru Ditambah, Mendikdasmen Ingin Tingkatkan Kualitas Guru

Materi Pendidikan Profesi Guru Ditambah, Mendikdasmen Ingin Tingkatkan Kualitas Guru

Edu
Ingin Kuliah S2-S3 Gratis di AS? Daftar Beasiswa Fulbright 2025

Ingin Kuliah S2-S3 Gratis di AS? Daftar Beasiswa Fulbright 2025

Edu
Soal Penguatan Matematika sejak TK, Guru Besar UPI: Cinta Matematika Harus Jadi Gerakan

Soal Penguatan Matematika sejak TK, Guru Besar UPI: Cinta Matematika Harus Jadi Gerakan

Edu
Kemenag Susun Peraturan Menteri Baru tentang Pendidikan Agama di Sekolah

Kemenag Susun Peraturan Menteri Baru tentang Pendidikan Agama di Sekolah

Edu
Uti Nilam, Lulusan Kedokteran yang Jadi Medical Illustrator Pertama di Indonesia

Uti Nilam, Lulusan Kedokteran yang Jadi Medical Illustrator Pertama di Indonesia

Edu
Mendikdasmen Bakal Beri Beasiswa buat Guru yang Belum S1 dan S4

Mendikdasmen Bakal Beri Beasiswa buat Guru yang Belum S1 dan S4

Edu
Soal Kasus Kekerasan Terhadap Guru, Komisi X DPR Sebut Pentingnya Peran Orangtua

Soal Kasus Kekerasan Terhadap Guru, Komisi X DPR Sebut Pentingnya Peran Orangtua

Edu
Sosok Fauzul Azhim, Pelajar Indonesia Terpilih Jadi Presiden Pemuda Asia Tenggara

Sosok Fauzul Azhim, Pelajar Indonesia Terpilih Jadi Presiden Pemuda Asia Tenggara

Edu
Syarat dan Cara Daftar Petugas Haji 2025, Lulusan S1 Bisa Daftar

Syarat dan Cara Daftar Petugas Haji 2025, Lulusan S1 Bisa Daftar

Edu
20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

Edu
Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau